News

Korban Tewas Banjir Bandang Libya Bisa Tembus 20.000 Jiwa

Banjir bandang yang terjadi di Kota Derna, Libya bagian timur, membawa kerusakan dan korban jiwa yang besar. Saat ini, petugas penyelamat dan evakuasi masih terus berupaya mencari korban yang tertimbun di reruntuhan dan juga merapikan serpihan pasca banjir.

Petinggi Kementerian Kesehatan Libya Saadeddin Abdul Wakil menyebut bahwa jumlah korban tewas akibat banjir bandang yang melanda negara Libya sudah mencapai 6.000 orang.

Berdasarkan laporan pandangan mata, ribuan jasad menumpuk di jalan Kota Derna, wilayah pesisir utara Libya yang porak poranda diterjang banjir bandang imbas hujan deras dan bendungan jebol.

Diprediksi 10.000 orang hilang. Ada kemungkinan hanyut terbawa banjir hingga ke laut atau terperangkap di dalam puing-puing bangunan.

Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Libya Letnan Tarek al-Kharraz mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa sejauh ini 3.840 kematian telah tercatat di Derna, termasuk 3.190 orang yang telah dikuburkan. Di antara mereka terdapat sedikitnya 400 orang asing, kebanyakan dari Sudan dan Mesir.

Sementara itu, Hichem Abu Chkiouat, menteri penerbangan sipil di pemerintahan yang memerintah Libya timur, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa sejauh ini telah dihitung lebih dari 5.300 orang tewas, dan mengatakan jumlah tersebut kemungkinan akan meningkat secara signifikan dan bahkan mungkin dua kali lipat.

Meski begitu, Wali Kota Derna Abdulmenam al-Ghaithi mengatakan kepada televisi Al Arabiya bahwa perkiraan jumlah kematian di kota itu bisa mencapai antara 18.000 hingga 20.000 jiwa. Prediksi ini dibuat berdasarkan jumlah distrik yang hancur akibat banjir.

Al-Ghaithi menambahkan saat ini tim penyelamat telah tiba dari Mesir, Tunisia, Uni Emirat Arab, Turki, dan Qatar. Ia mengatakan Derna membutuhkan tim yang khusus menangani pemulasaran jenazah.

“Saya khawatir kota ini akan terjangkit epidemi karena banyaknya mayat yang tertimbun reruntuhan dan di dalam air,” paparnya, seperti dikutip dari Al Jazeera, Kamis (14/9/2023).

Sementara itu, salah seorang warga Derna, Mahmud Abdulkarim, mengatakan bahwa ia kehilangan ibu dan saudara laki-lakinya. Hal ini terjadi setelah mereka gagal mengungsi tepat waktu dari apartemen lantai pertama mereka pasca runtuhnya bendungan.

Menurut Abdulkarim, ketika ibu dan saudara laki-lakinya akhirnya memutuskan untuk meninggalkan apartemen mereka, mereka tersapu air banjir begitu sampai di jalan untuk mengungsi.

“Mereka (awalnya) menolak meninggalkan tempatnya… tidak membayangkan situasinya akan mengerikan dan mengatakan kepadaku bahwa itu hanya hujan biasa,” ujarnya dalam sebuah acara di Tripoli.

Mabrooka Elmesmary, seorang jurnalis yang berhasil meninggalkan Derna pada hari Selasa (12/9/2023), menggambarkan kota itu sebagai ‘bencana dalam skala besar’. Ia mengatakan bahwa seisi kota telah rata dengan tanah.

“Ada gelombang pengungsian ketika orang-orang berusaha melarikan diri dari Derna namun banyak yang terjebak karena banyak jalan yang diblokir atau hilang,” kata Elmesmary, seraya menambahkan bahwa beberapa keluarganya telah berlindung di sekolah.

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button