Market

Alasan Presiden Jokowi Genjot Mobil Listrik, Ternyata Ada Masalah Besar di Pertamina dan PLN

Presiden Joko Widodo (Jokowi) punya alasan khusus kenapa ngotot mengembangkan mobil listrik. Hal ini terkait oversuply setrum dan PLN dan impor minyak ugal-ugalan di Pertamina.

Karena itu, Presiden Jokowi mendorong penggunaan mobil listrik serta kompor listrik guna mengurangi kebutuhan minyak dan gas (migas). “Kalau kita bisa mengalihkan itu ke energi yang lain, misalnya mobil diganti listrik semuanya, gas rumah tangga diganti listrik semuanya, karena di PLN over supply (kelebihan pasokan) artinya supply dari PLN terserap, impor minyak di Pertamina jadi turun,” kata Presiden Jokowi dalam arahannya kepada Komisaris serta Direksi Pertamina dan PLN, di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (16/11/2021) sebagaimana video yang diunggah kanal Youtube Sekretariat Presiden, Sabtu (20/11/2021).

Dengan mengoptimalkan penggunaan listrik dari PT PLN (Persero), maka masalah pasokan listrik berlebih PLN dapat diatasi, sekaligus juga menurunkan impor minyak oleh PT Pertamina (Persero).

Jika impor minyak berhasil dikurangi, lanjutnya, maka akan berdampak positif kepada neraca transaksi berjalan dan neraca pembayaran Indonesia. “​​Goal (tujuan) besarnya adalah negara ini akan memperoleh keuntungan dalam bentuk neraca pembayaran kita yang sudah berpuluh tahun kita tidak bisa selesaikan, karena problemnya impor minyak kita terlalu besar sekali,” kata Presiden Jokowi.

Menurunnya impor minyak membuat Pertamina mampu mengurangi kebutuhan dolar AS di pasar keuangan, sehingga berdampak kepada penguatan nilai tukar rupiah. Jika kurs rupiah menguat karena impor yang menurun, ekonomi Indonesia secara fundamental akan lebih berdaya tahan dan berdaya saing. “(Mempengaruhi) yang namanya kurs dolar kita karena setiap bulan Pertamina harus menyediakan pembelian dolar AS di pasar dalam jumlah yang tidak kecil, besar sekali,” ujar mantan Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta itu.

Presiden Jokowi juga meminta PLN untuk menyiapkan transisi energi dari sumber daya fosil ke sumber daya yang ramah lingkungan (ekonomi hijau). “Ini bisa segera dilakukan, ada target misalnya 2022 karena (2021) tinggal sebulan. Misalnya (2022) 5.000 megawatt harus geser dari coal(batu bara) ke bisa hydropower, bisa geothermal, bisa ke solar panel, silakan, tapi memang harus sudah ada tahapan tahapan seperti itu,” ujar Presiden Jokowi.

Presiden menegaskan transisi energi fosil ke energi hijau merupakan keharusan yang harus dilakukan seluruh pihak, termasuk BUMN sektor energi seperti PLN dan Pertamina. “Memang untuk kepentingan yang lebih baik, untuk anak cucu kita. Jadi mau tidak mau yang namanya transisi energi menuju ke sebuah energi hijau harus. Itu sudah nggak bisa tawar menawar,” ujar Presiden Jokowi.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button