13 Tewas, 10 Hilang, dan 49 Pendaki Diselamatkan

Duka mendalam tengah menyelimut wilayah Agam, Sumatra Barat, pasca-letusan Gunung Marapi yang terjadi akhir pekan lalu. Tim penyelamat telah menemukan dua jenazah tambahan, meningkatkan jumlah korban meninggal menjadi 13 orang. Pencarian hingga kini masih berlangsung untuk 10 pendaki lainnya yang dinyatakan hilang.

Kegiatan pencarian sempat dihentikan pada hari Senin (4/12/2023) karena alasan keamanan akibat letusan yang terus berlanjut. Gunung Marapi memuntahkan abu vulkanik setinggi 3km (9,800 kaki) ke udara, menyebabkan langit menjadi gelap dan desa-desa di sekitarnya tertutup abu.

Dari 75 pendaki yang berada di area tersebut saat letusan, sebagian besar telah berhasil dievakuasi. Sekitar 200 orang lebih dikerahkan untuk membantu pencarian pada Selasa pagi, meskipun pejabat memperingatkan bahwa gunung masih terus meletus.

Pejabat di stasiun pemantauan Marapi, Ahmad Rifandi, mengatakan kepada AFP bahwa ia mengamati lima letusan dari tengah malam hingga pukul 08:00 waktu setempat (01:00 GMT) pada hari Selasa. 

“Marapi masih sangat aktif. Kami tidak bisa melihat tinggi kolom abu karena tertutup awan,” katanya kepada kantor berita internasional tersebut.

Gunung Marapi, yang berarti “Gunung Api”, termasuk salah satu dari 127 gunung berapi paling aktif di Indonesia dan juga populer di kalangan pendaki. Beberapa jalur pendakian baru dibuka kembali bulan Juni lalu karena erupsi abu dari Januari hingga Februari. Letusan paling mematikan Marapi terjadi pada tahun 1979, yang menewaskan 60 orang.

Tiga orang yang diselamatkan dekat kawah pada hari Senin (4/12/2023), sebelum pencarian dihentikan, dinyatakan “lemah dan mengalami beberapa luka bakar,” kata kepala Badan Pencarian dan Penyelamatan Padang, Abdul Malik.

Empat puluh sembilan pendaki lainnya telah dievakuasi dari area tersebut lebih awal, banyak di antara mereka yang juga menderita luka bakar.

Identitas para pendaki hingga saat ini belum diungkapkan oleh pihak berwenang.

Rekaman video letusan pada hari Minggu (3/12/2023) menunjukkan awan abu vulkanik yang tebal menyebar luas di langit, serta mobil dan jalan yang tertutup abu.

post-cover

Petugas penyelamat bergantian membawa jenazah dan korban luka menuruni medan gunung yang berat dan menuju ambulans yang sudah menunggu dengan sirene yang berbunyi nyaring.

“Beberapa menderita luka bakar karena sangat panas, dan mereka telah dibawa ke rumah sakit,” kata Rudy Rinaldi, kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sumatra Barat.

Zhafirah Zahrim Febrina, salah satu pendaki, memohon bantuan kepada ibunya melalui pesan video dari gunung. Mahasiswi berusia 19 tahun, yang akrab dipanggil Ife, tampak terkejut dengan wajah terbakar dan rambutnya berlumuran abu tebal.

“Ibu, tolong Ife. Ini kondisi Ife saat ini,” katanya.

Ife sedang dalam perjalanan pendakian di Marapi bersama 18 teman sekolahnya dan saat ini sedang dirawat di rumah sakit.

Ibunya, Rani Radelani, mengatakan kepada AFP bahwa putrinya mengalami “trauma yang hebat”.

“Dia terpengaruh secara psikologis karena melihat luka bakarnya, dan dia juga harus menahan sakit sepanjang malam,” katanya.

Pendaki lain merintih kesakitan dan mengatakan “Allah Maha Besar” saat seorang penyelamat membawanya di punggung, lapor AFP.

Gunung Marapi terletak di Sumatra, pulau terbesar ketiga dan paling barat dari 18.000 pulau di Indonesia. Gunung ini memiliki ketinggian 2.891m (9.485 kaki).

Gunung Marapi secara administratif terletak dalam wilayah Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Sumbar, dan dipantau secara visual dan instrumental dari PGA yang berada di Jalan Prof Hazairin Nomor 168, Bukittinggi, Sumbar.

Aktivitas vulkanis Gunung Marapi pada awal tahun 2023 didominasi oleh terjadinya erupsi eksplosif yang berlangsung sejak 7 Januari 2023 hingga 20 Februari 2023 dengan tinggi kolom erupsi berkisar antara 75 – 1.000 meter dari puncak.

Sumber: Inilah.com