15 Anggota Pasukan PBB di Lebanon Terpapar Zat Misterius setelah Serangan Israel

Pasukan penjaga perdamaian PBB terpapar zat berbahaya selama serangan Israel di sekitar salah satu posisi mereka di Lebanon selatan awal bulan ini. UNIFIL menolak peringatan dari tentara Israel untuk pindah dari posisinya di Lebanon selatan.

Militer Israel menembaki instalasi milik pasukan penjaga perdamaian PBB, yang dikenal sebagai UNIFIL, selama invasi daratnya ke Lebanon Selatan. Insiden ini menyebabkan kerusakan dan memicu kemarahan dari Prancis, Italia, dan Irlandia yang memiliki anggota di pasukan tersebut.

Dalam laporannya, media berbasis di London The New Arab (TNA) menghubungi UNIFIL untuk menanyakan tentang informasi bocor dibagikan The Financial Times bahwa tentara Israel secara paksa memasuki pangkalan PBB di Lebanon selatan menggunakan zat berbahaya sehingga melukai 15 pasukan penjaga perdamaian.

Wakil Juru Bicara UNIFIL Kandice Ardiel mengatakan bahwa pasukan penjaga perdamaian terpaksa mengenakan masker pelindung karena terpapar zat tersebut tetapi tetap mengalami cedera. “Pada pagi hari 13 Oktober sekitar pukul 4:30 pagi (01:30 GMT) dua tank Merkava milik IDF (Pasukan Pertahanan Israel) menghancurkan gerbang utama posisi UNIFIL di Ramyah dan masuk secara paksa. Pasukan penjaga perdamaian di sana sedang berlindung pada saat itu,” kata Ardiel, katanya kepada The New Arab.

Tentara [Israel] berulang kali meminta pasukan penjaga perdamaian untuk mematikan lampu di posisi tersebut. Tank-tank tersebut meninggalkan lokasi sekitar 45 menit kemudian setelah UNIFIL mengajukan protes, dengan mengatakan bahwa tekanan [Israel] membahayakan pasukan penjaga perdamaian.

“Sekitar pukul 6:40 pagi, pasukan penjaga perdamaian di posisi yang sama melaporkan bahwa IDF melepaskan beberapa tembakan sekitar 100 meter ke utara. Tembakan tersebut mengeluarkan semacam asap yang menyelimuti posisi tersebut. Meskipun mengenakan masker pelindung, lima belas pasukan penjaga perdamaian mengalami efek, termasuk iritasi kulit dan reaksi gastrointestinal, setelah terpapar.”

Advertisement

Ramyah telah menjadi titik fokus bentrokan sengit antara Israel dan Hizbullah. Tentara Israel meledakkan beberapa rumah di desa perbatasan Lebanon selatan itu.

Ardiel mengatakan UNIFIL tidak dapat mengidentifikasi zat yang terpapar pada pasukan penjaga perdamaian karena kurangnya kemampuan pengujian, tetapi Israel telah membakar wilayah yang luas di Lebanon selatan dengan fosfor putih, meskipun dilarang berdasarkan hukum internasional.

Ini adalah salah satu dari banyak kejahatan perang potensial yang dilakukan oleh Israel selama serangannya di Lebanon, yang secara total telah menewaskan lebih dari 2.000 orang sejak 8 Oktober 2023, termasuk ratusan warga sipil.

Hanya beberapa hari sebelum serangan 13 Oktober, Israel mengatakan pasukannya telah menembaki ancaman di dekat posisi UNIFIL di Lebanon Selatan. Israel menyebut bahwa serangan tersebut bertanggung jawab atas cederanya dua anggota Blue Helmets.

Dua penjaga perdamaian Sri Lanka terluka di pangkalan utama UNIFIL di Naqoura, menurut misi tersebut. Sementara laporan terkonfirmasi menyebut dua tentara Indonesia menderita luka-luka ketika tembakan tank menghantam menara pengawas sehari sebelumnya. Minggu lalu, pasukan penjaga perdamaian mengatakan sebuah tank Merkava Israel menembaki salah satu menara pengawas UNIFIL yang ditempatkan di dekat desa perbatasan Kfarkela.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebelumnya mengklaim bahwa Israel tidak ingin menyakiti pasukan penjaga perdamaian dan menuduh Hizbullah menggunakan mereka sebagai “perisai manusia” tanpa memberikan bukti apa pun. 

Netanyahu meminta pasukan penjaga perdamaian berkekuatan 10.000 orang yang dikerahkan di Lebanon selatan untuk menjauh dari “daerah berbahaya”, namun UNIFIL, termasuk Irlandia, menolak untuk mengalah.

Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 menyatakan bahwa hanya tentara Lebanon dan misi penjaga perdamaian PBB UNIFIL yang boleh dikerahkan di Lebanon selatan.

Meskipun mengalami serangan berulang kali, Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, mengatakan bahwa aktivitas pasukan penjaga perdamaian PBB “penting sekali” dan pasukan tersebut dapat memainkan peran penting ketika perang dengan Hizbullah berakhir.

Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 yang mengakhiri perang tahun 2006 antara Hizbullah dan Israel menyatakan UNIFIL harus dikerahkan di selatan Sungai Litani, bersama tentara Lebanon, dan bahwa semua kelompok militan harus dilucuti, termasuk Hizbullah.

Namun Resolusi tersebut tidak pernah sepenuhnya dilaksanakan. Pemerintah Lebanon mengatakan siap untuk mengerahkan ribuan tentaranya lagi di selatan dan sepenuhnya menghormati Resolusi 1701 hanya jika Israel berhenti menyerang negara tersebut. Sementara sekutu terbesar Israel, AS, sedang mencoba memediasi kesepakatan untuk menghentikan perang.