Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan akan mempertimbangkan rapat Emergency Committee (komite darurat) untuk menentukan apakah penyakit Mpox kembali menjadi “Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) yang diartikan kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia (KKMMD) atau tidak. Hal tersebut karena kasus Mpox atau cacar monyet tengah berkembang di Afrika.
“Mpox bahasa Indonesianya masih cacar monyet, padahal dunia sudah mengubah Monkeypox menjadi Mpox karena memang bukan hanya masalah monyet saja,” kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tjandra Yoga Aditama kepada Inilah.com, Jakarta, Sabtu (10/08/2024).
Fakta Cacar Monyet yang Penting Diketahui
- Cacar monyet atau Monkeypox adalah zoonosis sylvatic dengan infeksi manusia insidental yang biasanya terjadi di bagian hutan Afrika Tengah dan Barat.
- Penyakit ini disebabkan oleh virus monkeypox yang termasuk dalam famili orthopoxvirus.
- Cacar monyet dapat ditularkan melalui paparan tetesan melalui tetesan besar yang dihembuskan dan melalui kontak dengan lesi kulit yang terinfeksi atau bahan yang terkontaminasi.
- Masa inkubasi cacar monyet biasanya dari 6 hingga 13 hari tetapi dapat berkisar dari 5 hingga 21 hari.
- Penyakit ini sering sembuh sendiri dengan gejala yang biasanya sembuh secara spontan dalam 14 hingga 21 hari.
- Gejalanya bisa ringan atau parah, dan lesi bisa sangat gatal atau nyeri.
- Reservoir hewan tetap tidak diketahui, meskipun kemungkinan berada di antara hewan pengerat.
- Kontak dengan hewan hidup dan mati melalui perburuan dan konsumsi hewan liar atau daging semak dikenal sebagai faktor risiko.
- Ada dua clades virus monkeypox: clade Afrika Barat dan clade Congo Basin (Afrika Tengah). Meskipun infeksi virus cacar monyet di Afrika Barat terkadang menyebabkan penyakit parah pada beberapa individu, penyakit ini biasanya sembuh sendiri.
- Rasio kasus fatalitas untuk clade Afrika Barat telah didokumentasikan menjadi sekitar 1 persen, sedangkan untuk clade Congo Basin, mungkin setinggi 10 persen.
- Anak-anak juga berisiko lebih tinggi, dan cacar monyet selama kehamilan dapat menyebabkan komplikasi, bawaan atau lahir mati.
- Kasus ini yang lebih ringan mungkin tidak terdeteksi dan menunjukkan risiko penularan dari orang ke orang.
- Kekebalan terhadap infeksi kemungkinan kecil pada mereka yang bepergian atau terpapar, karena penyakit endemik biasanya secara geografis terbatas pada bagian Afrika Barat dan Tengah.
- Secara historis, vaksinasi terhadap cacar terbukti melindungi terhadap cacar monyet.
- Sementara satu vaksin (MVA-BN) dan satu pengobatan khusus (tecovirimat) disetujui untuk cacar monyet, masing-masing pada tahun 2019 dan 2022, tindakan pencegahan ini belum tersedia secara luas, dan populasi di seluruh dunia di bawah usia 40 atau 50 tahun tidak lagi mendapat manfaat dari perlindungan yang diberikan oleh program vaksinasi cacar sebelumnya.
Penyakit cacar monyet dapat menyebar pada manusia melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi. Walaupun namanya menyiratkan bahwa penyakit ini hanya menyerang monyet, manusia juga dapat terkena penyakit ini.
Gejala
Gejala cacar monyet pada manusia mirip dengan gejala cacar air, seperti munculnya bintik-bintik merah pada kulit, demam, sakit kepala, dan lelah.
Namun, jika tidak diobati dengan benar, penyakit ini dapat menjadi serius dan bahkan berakibat fatal.
Karena itu, sangat penting bagi kita untuk selalu menjaga kebersihan dan menghindari kontak dengan hewan yang mungkin membawa penyakit, termasuk monyet.
Jika kita merasa telah terpapar penyakit cacar monyet, segeralah pergi ke dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.
Dengan penanganan yang tepat dan upaya pencegahan yang baik, kita dapat mencegah penyebaran penyakit cacar monyet dan menjaga kesehatan kita serta lingkungan sekitar.