News

328 WNI Berhasil Dievakuasi dari Sudan pada Tahap Kedua

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengumumkan bahwa misi penyelamatan tahap kedua berhasil mengevakuasi 328 warga negara Indonesia (WNI) dari Sudan yang tengah dilanda konflik bersenjata.

Para WNI yang dievakuasi pada tahan kedua itu terdiri dari 29 perempuan, lima anak-anak, dan 294 laki-laki. Mereka telah tiba di Kota Port Sudan pada Rabu (26/4/2023) sekitar pukul 09.30 WIB, usai menempuh perjalanan darat dari Khartoum, ibu kota Sudan.

“Sebagian besar mereka adalah mahasiswa, terdapat pula pekerja migran Indonesia dengan keluarganya, dan seorang tenaga profesional airlines,” tutur Menlu Retno dalam pernyataan pers secara daring mengenai evakuasi WNI dari Sudan yang dipantau Rabu malam.

Keberangkatan para WNI tersebut dipimpin oleh empat staf KBRI Khartoum, dengan menggunakan tujuh bus dan menempuh jalur perjalanan yang sama seperti evakuasi tahap pertama yaitu dari Khartoum melewati Atbara dan Sawakin untuk menuju Port Sudan.

“Selain WNI, evakuasi tahap kedua ini juga membawa tujuh WNA, yaitu enam warga negara Australia dan satu warga negara Sudan,” kata Menlu Retno.

Sebelumnya, pemerintah telah mengevakuasi 538 WNI menuju Port Sudan untuk dibawa ke Jeddah, Arab Saudi, melalui jalur laut sebelum diterbangkan ke Indonesia.

Dalam perkembangannya, ternyata terdapat tambahan 31 WNI yang tiba di Port Sudan dari provinsi lain, sehingga total 569 diungsikan dalam evakuasi tahap pertama.

“Dari 569 WNI tersebut, 557 orang di antaranya sudah melanjutkan perjalanan melalui laut ke Pelabuhan Jeddah dan telah tiba di Jeddah pada Rabu sekitar pukul 10.00 WIB,” ujar Menlu Retno.

Dua belas orang lainnya masih berada di Sudan. Sepuluh di antaranya adalah staf KBRI yang tetap tinggal sementara di Port Sudan untuk membantu evakuasi tahap kedua, sedangkan dua lainnya adalah WNI yang masih menunggu penyelesaian dokumen perjalanan.

“Tim dari Kementerian Luar Negeri yang dipimpin oleh Direktur Perlindungan WNI, saat ini juga sedang menyeberang dari Jeddah ke Port Sudan untuk membantu evakuasi tahap kedua serta menyelesaikan segala urusan terkait evakuasi yang sangat rumit ini,” kata Menlu Retno.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pertempuran antara tentara Sudan (SAF) dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) yang terjadi sejak 15 April lalu telah merenggut sedikitnya 459 nyawa dan 4.072 orang terluka.

Konflik mematikan itu dipicu ketidaksepakatan antara SAF dan RSF mengenai reformasi militer.

Pertempuran di Sudan terhenti sementara mulai Selasa (25/4/2023) setelah kedua pihak menyetujui gencatan senjata selama 72 jam sehingga penduduk Sudan bisa menyelamatkan diri, dan negara-negara lain bisa mengungsikan warganya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button