Mulai dari struktur bersejarah hingga karya sastra, deretan peninggalan Kerajaan Malaka memberikan gambaran tentang kejayaan, kekuatan, dan pengaruh kerajaan ini di Semenanjung Malaya.
Peninggalan Kerajaan Malaka merupakan salah satu aspek penting dalam sejarah Melayu yang mencerminkan kejayaan dan kehebatan sebuah kerajaan yang pernah berjaya menguasai jalur perdagangan maritim di Asia Tenggara.
Berdiri megah dari abad ke-15 hingga awal abad ke-16, Malaka tidak hanya dikenal sebagai pusat perdagangan yang strategis, tetapi juga sebagai pusat kebudayaan dan penyebaran agama Islam.
Sejarah Kerajaan Malaka
Kerajaan Malaka berdiri antara tahun 1402 sampai dengan 1511. Kerajaan ini didirikan oleh Parameswara yang bergelar Sultan Iskandar Syah, salah satu putra dari Kerajaan Sriwijaya yang berhasil melarikan diri ke Pulau Singapura saat terjadi serangan terhadap Palembang oleh Kerajaan Majapahit.
Parameswara bukan pertama kali mendirikan kerajaan di Malaka ini. Sebelum mendirikan Kerajaan Malaka, ia pernah mendirikan kerajaan di Singapura pasca wafatnya Hayam Wuruk, Raja Majapahit.
Kerajaannya di Singapura itu dikenal dengan nama Kerajaan Tumasik. Sayangnya, kerajaan tersebut tidak bertahan lama karena berhasil diekspansi oleh Kerajaan Majapahit melalui armada lautnya.
Secara geografis, letak kerajaan Malaka sangat strategis, yaitu berada di Semenanjung Malaya, Malaka.
Letak tersebut berpengaruh besar terhadap perkembangan kehidupan pemerintahan, kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat.
Ketika kerajaan Malaka mengalami masa kejayaan, Kerajaan Malaka menjadi pusat perdagangan dan penyebaran Islam di Asia Tenggara. Sebelum menjadi kerajaan yang merdeka, Malaka termasuk wilayah Majapahit.
Pada awal berdirinya, Parameswara berhasil menjalin hubungan yang baik dengan negara Tiongkok ketika Laksamana Yin Ching mengunjungi Malaka pada tahun 1402. Bahkan Sultan Malaka menikahi seorang putri dari negara Tiongkok bernama Putri Hang Li Po.
Hubungan erat Malaka dengan Tiongkok pun menjadi lebih baik dan memberi banyak manfaat kepada Malaka. Malaka juga mendapatkan perlindungan dari negara Tiongkok untuk menghindari serangan dari Siam.
Sejak saat itu, Kesultanan Malaka berkembang pesat menjadi pelabuhan terpenting di Asia Tenggara hingga pada abad ke-15 dan awal abad ke-16.
Pada awalnya, Islam belum menjadi agama mayoritas bagi masyarakat Malaka. Namun dalam perkembangan berikutnya, Islam menjadi bagian dari kerajaan ini yang ditunjukkan oleh gelar “sultan” yang disandang oleh para penguasa Malaka berikutnya.
Selat Malaka ditaklukan oleh pasukan Portugis di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque dan berhasil merebut Malaka pada tanggal 24 Agustus 1511.
Raja Kerajaan Malaka
Raja-raja yang bertahta di Kesultanan Malaka di antaranya:
- Sultan Iskandar Syah (1396-1414)
- Muhammad Iskandar Syah (1414-1424)
- Sultan Muzaffar Syah (1424-1458)
- Sultan Mansur Syah (1458-1477)
- Sultan Alauddin Riayat Syah (1477-1488)
- Sultan Mahmud Syah (1488-1511).
Peninggalan Kerajaan Malaka yang Masih Ada hingga Kini
Peninggalan Kerajaan Malaka yang berkuasa di Semenanjung Malaya ini terdiri dari berbagai macam struktur bangunan yang mencerminkan kejayaan dan kemajuan budaya serta ekonomi kerajaan tersebut.
Berikut beberapa peninggalan utama dari Kerajaan Malaka:
1. Benteng A Famosa
Benteng A Famosa memainkan peranan penting bagi Portugis untuk mempertahankan kekuasaan di Malaka dari serangan kerajaan-kerajaan nusantara serta Kesultanan Malaka dan Johor.
Namun terjadi perebutan kekuasaan, mengakibatkan benteng jatuh ke tangan Belanda dan Inggris yang secara bergantian menguasai wilayah Bandar Hilir, Melaka.
A Famosa terletak di atas bukit dan menghadap ke laut guna mengawasi pergerakan musuh yang datang dari daerah lepas pantai dan Selat Malaka.
2. Makam Hang Tuah
Makam Hang Tuah terletak di Tanjung Keling, Melaka, Malaysia. Makam ini dikenal dengan situs sejarah dan peninggalan budaya.
Hang Tuah adalah seorang pahlawan legendaris dalam epik Melayu, Hikayat Hang Tuah. Cerita tentang Hang Tuah dan kesetiaannya kepada Sultan Malaka telah menjadi bagian integral dari budaya Melayu dan Malaysia.
Kompleks makam ini tidak hanya mencakup makam Hang Tuah tetapi juga makam beberapa anggota keluarga dan pengikutnya.
3. George Town
George Town merupakan kota bersejarah di Selat Malaka yang telah mengembangkan lebih dari 500 tahun perdagangan dan pertukaran budaya antara Timur dan Barat di Selat Malaka.
Menampilkan bangunan tempat tinggal dan komersial, George Town mewakili era Inggris dari akhir abad ke-18.
4. Hikayat Laksamana Hang Tuah dan Hikayat Amir Hamzah
Hikayat Hang Tuah adalah bagian dari tradisi sastra Melayu dan dikenal karena kisah kepahlawanan dan kesetiaan Hang Tuah terhadap Sultan Malaka.
Bagi sebagian peneliti, hikayat ini dianggap sebagai karya sastra penting tentang pelipur lara dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman dan Rusia.
Hikayat Hang Tuah telah disalin ke dalam berbagai manuskrip sejak abad ke-17. Semua manuskrip ini disimpan di berbagai museum dan perpustakaan di Malaysia dan luar negeri, beberapa telah diterbitkan sejak awal abad ke-20.
Adapun, Hikayat Amir Hamzah adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan kepahlawanan Amir Hamzah. Ia dikenal sebagai tokoh yang berjuang untuk Islam dan berperan dalam membela Malaka dari invasi Portugis.