Kementerian Kesehatan Indonesia, per 19 Desember 2023, telah melaporkan temuan 41 kasus COVID-19 subvarian Omicron JN.1 di dalam negeri. Meskipun gejalanya cenderung ringan, masyarakat, terutama kelompok rentan, diimbau untuk tetap waspada. Direktur Jenderal Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit, Maxi Rein Rondonuwu, mengungkapkan bahwa kasus subvarian JN.1 ini sudah teridentifikasi sejak November 2023.
”Gejalanya (subvarian JN.1) sama ringannya (dengan Omicron lain),” ucapnya di Jakarta, Rabu (20/12/2023).
Peningkatan kasus COVID-19 di Indonesia telah dilaporkan sejak akhir November 2023 dan diperkirakan akan terus meningkat hingga pertengahan Januari 2024.
Rendahnya angka pemeriksaan COVID-19 di Indonesia saat ini menyebabkan tingkat positif yang cukup tinggi, yaitu mencapai 12,3 persen dari 3.924 pemeriksaan.
Peningkatan kasus serupa juga dilaporkan oleh Pemerintah Singapura, yang mencatat lonjakan kasus signifikan yang disebabkan oleh subvarian JN.1.
Maxi menegaskan bahwa meski penularan subvarian JN.1 cepat, tingkat fatalitasnya tetap rendah. Namun, masyarakat diimbau untuk tetap waspada, terutama dalam melindungi kelompok rentan.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Imran Pambudi, menambahkan bahwa pencegahan melalui perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sangat penting.
Masyarakat diharapkan untuk mencuci tangan, menggunakan masker, dan menghindari bepergian saat sakit. Vaksinasi, khususnya bagi kelompok rentan, juga dianggap penting untuk segera dilengkapi.
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (Papdi), Sally Aman Nasution, juga menekankan perlunya penerapan protokol kesehatan, terutama bagi masyarakat yang hendak bepergian.
Vaksinasi COVID-19 disarankan untuk selesai paling tidak dua minggu sebelum perjalanan. Hal ini bertujuan untuk memberikan perlindungan yang maksimal terhadap penularan COVID-19.
Leave a Reply
Lihat Komentar