Generasi Z merupakan tumpuan masa depan dan digadang-gadang bakal memimpin Indonesia Emas 1945.
Namun, banyak anak kelahiran tahun 2000-2010 ini mengalami masalah kesehatan mental, yang bisa berdampak sosial dan ekonomi berkepanjangan serta merugikan kehidupan mereka di masa depan jika tidak ditangani dengan baik sejak dini.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) oleh Kementerian Kesehatan tahun 2018 menunjukkan prevalensi rumah tangga dengan anggota menderita gangguan jiwa skizofrenia meningkat dari 1,7 permil pada 2013 menjadi 7 permil di tahun 2018.
Spesialis kedokteran jiwa dr Lahargo Kembaren, SpKJ membenarkan adanya peningkatan tersebut. Dalam praktek klinisnya, dr Lahargo mengungkapkan gangguan kesehatan mental yang paling banyak ditemui pada Gen Z adalah gangguan kecemasan, depresi, dan bunuh diri.
Lantas apa yang kemudian mendasari generasi ini rentan terhadap gangguan mental? Dirangkum dari berbagai sumber, berikut alasannya:
Alasan Genz Rawan Terken Gangguan Mental
1. Paparan Media Sosial
![anak main HP](https://i3.wp.com/c.inilah.com/reborn/2023/09/anakterusterusanmaingadgettandapolaasuhyangsalahhalodoc_b44c3a0349.jpg)
Dikutip dari Mooc.UGM, Media Sosial menjadi faktor pertama yang membuat generasi ini rentan terhadap gangguan mental.
Seperti diketahui, Generasi Z tumbuh dalam era di mana media sosial mendominasi interaksi dan komunikasi.
Paparan yang konstan terhadap gambar-gambar yang disunting dan gaya hidup yang tampak sempurna dari orang lain dapat memicu perasaan tidak memadai dan kurangnya rasa percaya diri.
Perbandingan diri yang terus-menerus dengan orang lain di media sosial dapat menghasilkan kecemasan sosial dan ketidakpuasan terhadap diri sendiri yang berkepanjangan.
2. Ketidakpastian Masa Depan
Generasi Z juga dihadapkan pada ketidakpastian masa depan dan ekonomi yang tidak stabil.
Mereka seringkali merasa tidak yakin tentang pekerjaan apa yang akan mereka pilih, bagaimana mereka akan mencapai keberhasilan finansial, dan bagaimana mereka akan mengatasi masalah-masalah global seperti perubahan iklim dan ketidaksetaraan sosial.
Ketidakpastian ini dapat menyebabkan kecemasan mengenai masa depan dan rasa tidak aman yang berkepanjangan.
3. Kurangnya Keterlibatan Sosial
Meskipun Generasi Z terhubung secara digital, banyak dari mereka mengalami kurangnya keterlibatan sosial dan dukungan emosional yang diperlukan untuk mengatasi stres dan kecemasan.
Ketergantungan pada teknologi seringkali mengurangi interaksi sosial langsung, sementara tingkat kesibukan yang tinggi dapat menghambat waktu yang diperlukan untuk menjalin hubungan yang mendukung secara emosional.
4. Pesimis Terhadap Dunia
Alasan lain yang juga mendasari Gen Z rentan terkena gangguan mental, juga didasarkan terhadap pandangan yang semakin pesimis terhadap dunia.
![gen z gangguan mental](https://i0.wp.com/c.inilah.com/reborn/2024/07/ilustrasi_anak_kurang_bergaul_f91cb521ae.jpg)
Dikutip dari halodoc, berdasarkan studi dari Montclair State University, generasi ini cenderung melihat dunia sebagai tempat yang lebih berbahaya, dibandingkan dengan pandangan generasi sebelumnya yang cenderung lebih positif.
Peristiwa-peristiwa terkini, seperti krisis iklim dan kekerasan yang sering terjadi, membuat Gen Z lebih mudah resah.
Belum lagi, generasi ini juga mengalami masa pandemi COVID-19 pada masa pertumbuhan mereka, sehingga menimbulkan pandangan yang cenderung negatif terhadap masa depan.
5. Terisolasi dari Lingkungan
Menurut survey, hampir separuh responden Generasi Z menggunakan internet 10 jam atau lebih setiap hari.
Hal ini menyebabkan waktu yang lebih sedikit untuk berinteraksi secara langsung atau tatap muka dengan orang lain di sekitarnya.
Dampaknya adalah meningkatnya perasaan terisolasi dan kesepian di kalangan Generasi Z. Akibatnya, mereka menjadi lebih rentan terhadap gangguan mental.
6. Lebih Peduli Terhadap Isu Sosial dan Politik
Menurut penelitian dari Edelman, sekitar 70% dari Generasi Z di seluruh dunia mengatakan mereka terlibat dalam isu sosial atau politik.
Kepedulian ini sering kali dipicu oleh mudahnya akses mereka terhadap berita terbaru melalui internet.
Akan tetapi, hal ini juga membuat Gen Z terpapar secara intensif pada berbagai isu sensitif. Contohnya seperti perang, kekerasan, konflik politik, rasisme, dan masalah-masalah sosial lainnya yang sering kali belum terselesaikan oleh pemerintah.
Lingkungan politik dan sosial yang tidak stabil dapat memperburuk kecemasan dan juga mendorong pikiran pesimis dari Gen Z.