Melemahnya lalu lintas di Bandara Internasional Ben Gurion Israel, membuat Otoritas Bandara memutuskan merumahkan 600 karyawan usai melakukan negosiasi dengan komite pekerja.
Situs berita berbahasa Ibrani Ynet News, Kamis (21/12/2023), melaporkan langkah tersebut diambil setelah hampir semua maskapai penerbangan asing berhenti melakukan penerbangan ke Bandara Internasional Ben Gurion karena perang.
“600 karyawan akan ditempatkan cuti tanpa bayaran (dan) 1.000 lainnya akan dikurangi pekerjaan mereka hingga 75 persen dari pekerjaan mereka (saat ini),” kata media Israel itu dalam laporannya yang mengutip sumber-sumber resmi.
Sementara itu, Perusahaan Penyiaran Israel (KAN) melaporkan jumlah pekerja di Bandara Ben Gurion adalah 4.600 karyawan. Setelah pemutusan hubungan kerja, jumlahnya akan dikurangi menjadi 3.000 orang.
Permintaan global untuk melakukan perjalanan ke Israel menurun signifikan sejak 7 Oktober 2023, yakni hari di mana Hamas meluncurkan serangan dadakan ke Israel yang langsung dibalas oleh entitas Zionis itu dengan menggempur Jalur Gaza.
Mayoritas perusahaan internasional menangguhkan penerbangan dari dan ke bandara Israel.
“Kami berharap cakupan aktivitas di Israel akan terus berkembang dan bahwa kami akan dapat membuat para pekerja kembali bekerja sesegera mungkin,” kata Otoritas Bandara Israel dalam pernyataannya.
“Otoritas Bandara berharap bahwa perang tidak akan mempengaruhi fungsi bandara, tetapi harapan terpisah dari kenyataan,” tulis Ynet News.
“Sumber-sumber industri mengatakan keputusan meliburkan para pekerja hanya dibuat dalam beberapa hari terakhir, setelah melihat harapannya adalah Bandara Ben Gurion tidak akan kembali beroperasi secara normal pada Januari,” tambah Ynet News dalam laporannya.
Ketua komite pekerja Pinchas Idan mengatakan kepada Ynet News, “Saya berdoa agar perang akan berakhir sesegera mungkin dan pekerjaan akan kembali sepenuhnya. Kami melakukan hal yang benar, karena setelah COVID-19 kami menarik kesimpulan.”