Belakangan ramai diperbincangkan harga obat di Malaysia ternyata lima kali lebih murah dibandingkan di Indonesia.
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama menjelaskan sebenarnya informasi harga obat di Indonesia memang relatif lebih mahal dari negara tetangga memang benar. Masalah ini nampaknya belum kunjung teratasi sampai sekarang.
“Selain harga kita lebih mahal dari Malaysia, maka ternyata harga obat kita pun jauh lebih mahal dari di India, dan untuk ini ada tiga hal yang ingin saya sampaikan,” kata Tjandra Yoga kepada Inilah.com, Jakarta, Kamis (4/7/2024).
Mutu Terjamin dengan Baik
Pertama, Tjandra menjelaskan saat dirinya berkantor di WHO Asia Tenggara di New Delhi selama 5 tahun, 2015 sampai pensiun di usia 65 tahun di 2020 punya cerita menarik soal membeli obat rutin yang dia konsumsi.
“Karena usia saya ketika di India sudah lebih 60 tahun maka saya mengkonsumsi berbagai obat rutin, dan selalu saya beli di New Delhi, dan derajat kesehatan saya selalu terjaga dengan baik,” paparnya.
Masih menurutnya, mutu obat di India ternyata terjamin dengan baik.
“Jadi, pengalaman saya dan juga teman-teman lain menunjukkan mutu obat terjamin baik, yang antara lain ditandai dengan menjaga kesehatan kami semua dengan baik. Untuk saya misalnya, kadar kolesterol selalu terjaga baik dan tekanan darah selalu terkontrol baik, dengan obat-obatnya yang rutin dikonsumsi ini,” tambahnya.
Harga Obat di India Sudah Tercantum di Kemasan
Kedua, semua kemasan obat di India selalu tercantum harganya.
“Jadi kita mau beli di kota manapun di India maka harganya sama persis, dan tentu jadi dikontrol ketat oleh pemerintahnya,” paparnya.
Ini suatu contoh yang baik kalau bisa diterapkan juga di Indonesia, dengan dua keuntungan. Keuntungan pertama, masyarakat jadi tahu persis harganya karena tercetak di kemasan obat.
kemudian keuntungan berikutnya harga akan sama di seluruh Indonesia, di apotik manapun masyarakat membelinya.
Harga Obat Jauh Lebih Murah
Ketiga, memang terlihat sekali perbandingan harga obat di Malaysia dan India sangat jauh lebih murah dibandingkan di Indonesia. Hal itu dibeberkan Tjandra Yoga dengan gamblang.
“Berikut saya sampaikan perbandingan harga obat yang kini saya konsumsi. Harga 1 tablet Atorvastatin 20 mg di apotik di Jakarta adalah Rp6.160, dan harga di India hanya 4,9 Indian rupees, atau Rp1000, jadi harga kita enam kali lebih mahal. Lalu, 1 tablet Clopidogrel 75 mg di Jakarta adalah Rp7.835 dan di India hanya 7,7 Indian rupees, atau Rp1540, jadi kembali harga kita lebih dari lima kali lebih mahal dari harga di India,” paparnya.
Harga Obat Tinggi Imbasnya Pelayanan Kesehatan Jadi Mahal
Tidak hanya itu, selain tingginya obat di Indonesia ternyata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu mengungkapkan alat kesehatan juga jauh lebih mahal.
“Hal ini yang tentu berdampak pada harga pelayanan kesehatan jadi lebih mahal. Nampaknya ini salah satu alasan juga kenapa ada banyak laporan bahwa melakukan tindakan kesehatan tertentu di Malaysia memamg lebih murah, soalnya obatnya sekian kali lebih murah dan demikian juga biaya pemeriksaan lainnya. Ini juga dapat jadi salah satu alasan kenapa ada jutaan kunjungan warga kita ke luar negeri untuk berobat,” paparnya.
Dengan begitu, masih menurut Tjandra Yoga, pemerintah harus menentukan langkah tepat dan cepat untuk mengatasi masalah ketimpangan harga obat ini.
Dia menegaskan, hal itu agar masyarakat bisa konsumsi obat yang jauh lebih murah dan paling tidak sama seperti yang dinikmati rakyat Malaysia dan India.