Penyakit autisme pada anak tidak ada hubungannya dengan konsumsi air galon guna ulang biru oleh ibu selama kehamilan, kata psikolog klinis Mutiara S.Psi, MPsi. Mutiara, yang juga Lead Psikolog di Klinik Rumah Tumbuh Kembang Anak MS School & Wellbeing Center, menjelaskan bahwa autisme adalah gangguan perkembangan syaraf, yang dikenal dalam dunia medis sebagai gangguan neurodevelopmental.
“Autis itu kan sebenarnya gangguan perkembangan syaraf. Kalau di dalam diagnosanya merupakan gangguan neurodevelopmental. Jadi, gangguan pertumbuhan itu letaknya di syaraf atau neuro. Jadi, tidak ada hubungannya sama sekali dengan air galon yang dikonsumsi ibunya pada saat kehamilan,” ujar Mutiara dalam diskusi daring di Jakarta, Selasa (4/7/2024).
Mutiara juga menambahkan bahwa hingga saat ini, baik di bidang psikiatri, kedokteran, maupun psikologi, belum ada penjelasan pasti mengenai penyebab autisme. Penyebabnya bisa bermacam-macam, mulai dari kelainan DNA akibat mutasi gen, risiko kehamilan di usia tua, hingga paparan stres tinggi selama kehamilan.
Beberapa ciri anak yang terindikasi menderita autisme termasuk tidak menangis saat lahir. Namun, hal ini tidak selalu menunjukkan autisme, melainkan mungkin masalah perkembangan lainnya.
Anak dengan autisme biasanya memiliki masalah dalam tumbuh kembang, seperti perkembangan bahasa, fisik, motorik, gerak tubuh, dan kemampuan bersosialisasi. Tingkat keparahan autisme juga bervariasi, dari ringan hingga berat.
Untuk penanganan anak dengan autisme, Mutiara menjelaskan bahwa terapi yang diberikan harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan anak. Misalnya, anak yang memiliki masalah sensorik biasanya memerlukan terapi sensory, sedangkan anak yang sulit mandiri mungkin memerlukan terapi perilaku.
Mutiara juga menyarankan agar anak autis menghindari makanan tepung-tepungan dan minuman manis karena dapat merangsang hormon yang membuat anak semakin aktif, yang bisa memperburuk kondisi mereka.
“Hormon ini menyebabkan anak autis itu semakin aktif. Sementara, untuk mengontrol tubuhnya sendiri saja anak-anak autis itu belum bisa mengendalikannya. Nah, ditambah dengan hormon happy-nya keluar, jadi kan semakin aktif anaknya,” jelasnya.
Pernyataan Mutiara didukung oleh Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A (K), Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), yang menegaskan bahwa belum ada bukti ilmiah yang mengaitkan air galon guna ulang biru dengan autisme.
“Tidak ada kajian tentang pengaruh air dari galon guna ulang biru dengan penyakit autis pada anak. Sebab, belum ada buktinya juga,” kata Prof. Rini.
Autisme, menurut Prof. Rini, disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk faktor genetik, riwayat prematur, riwayat kejang pada masa bayi, dan infeksi masa lampau. Namun, air galon guna ulang biru tidak termasuk dalam faktor penyebab tersebut.
“Itu sudah pasti salah. Sebab, belum ada satu pun penelitian yang mengungkap bahwa autis itu karena air galon guna ulang biru,” tegasnya.