Tragedi Mabuk Kecubung Bikin Nyawa Melayang, Bagaimana Bisa Tanaman Menjerumuskan 47 Orang ke RSJ?


Kasus insiden mabuk kecubung di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, semakin memprihatinkan dengan total 47 orang yang menjalani perawatan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Sambang Lihum. Kejadian ini tidak hanya mengundang kekhawatiran tetapi juga pertanyaan mengenai apa yang menyebabkan kecubung memiliki efek yang begitu kuat.

Menurut dr. Hari Nugroho dari Institute of Mental Health Addiction and Neuroscience (IMAN), perawatan di RSJ tidak semata-mata karena adiksi. 

“Kebanyakan pasien kami bukan pecandu, namun mereka dirawat karena gejala psikiatris yang serius seperti halusinasi hebat yang mendorong tindakan berbahaya seperti melukai diri sendiri atau bahkan kecenderungan untuk bunuh diri,” jelas dr. Hari, alumni King’s College London.

Sebagaimana diwartakan Inilah Kalsel, hingga saat ini, dua pasien telah meninggal dunia dan sembilan orang memilih untuk rawat jalan. 

Sisanya masih membutuhkan perawatan intensif yang diperkirakan memakan waktu hingga dua minggu untuk pemulihan kesehatan mental mereka.

Penggunaan kecubung yang semakin marak di beberapa kalangan menyebabkan varian baru penyalahgunaan, termasuk penggunaan buah kecubung yang sering kali dicampur dalam ‘cocktail’ bersama alkohol atau narkotika lain. 

Kecubung sebenarnya mengandung berbagai nutrisi penting, seperti karbohidrat, lemak, protein, serat, serta tanin dan flavonoid yang bersifat antioksidan.

Namun, kecubung juga mengandung alkaloid tropana, seperti atropin, skopolamin, dan hiosiamin, yang berbahaya jika dikonsumsi. 

“Setiap orang memiliki toleransi yang berbeda terhadap kecubung, terutama bagi pengguna yang belum pernah mencoba sebelumnya, mereka lebih rentan terhadap efek berbahaya,” ungkap dr. Hari.

Penanganan medis di RSJ Sambang Lihum diadaptasi untuk masing-masing kasus, tergantung pada kondisi fisik dan psikis pasien, termasuk terapi untuk gangguan fisik yang timbul akibat penggunaan kecubung. 

Upaya ini dilakukan guna mengembalikan kondisi pasien ke state pra-penggunaan dan memastikan keamanan mereka selama proses pemulihan.