Pakar Kebijakan Publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah menilai, masuknya sejumlah politikus dan pengangguran politik dalam 75 calon anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), justru mengancam kredibilitas lembaga audit pelat merah itu di masa depan.
“Kan sudah banyak kasus suap yang menyeret anggota BPK yang latar belakangnya politikus parpol. Mulai dari Pius Lustrilanang dan Haerul Saleh dari Gerindra, atau Achsanul Qosasih dari Demokrat. Sebaiknya anggota BPK itu profesional yang punya integritas semuanya,” papar Trubus, Jakarta, Sabtu (13/7/2024).
Dari 75 daftar calon anggota BPK, sekitar 9 anggota DPR dan bekas Anggota DPR yang masuk. Misalnya, Eva Yuliana, Hendrik Halomoan Sitompul, M Misbakhun, Mulfachri Harahap, Jon Erizal, Daniel Lumban Tobing, Bobby Adhityo Rizaldi, Chandra Wijaya dan Akhmad Muqowam.
“Celakanya yang melakukan tes uji kelayakan calon BPK kan DPR. Saya kira, ya sulit menciptakan BPK yang kredibel di masa depan. Pasti akan selalu ada yang kena kasus ke depannya,” kata Trubus.
Untuk menegakkan kembali citra BPK, Trubus mengusulkan agar setiap 3 bulan, setiap anggota BPK dilakukan tes kejujuran oleh sejumlah psikolog independen.
“Serta dibuka chanel publik terkait kinerja masing-masing anggota DPR. Misalnya, seorang anggota beri WTP sebuah institusi negara, belakangan ada korupsinya maka dia harus diperiksa. Kalau terbukti nakal ya langsung dicopot,” ungkapnya.
Berdasarkan rapat internal Komisi XI DPR pada 8 Juli 2024, menetapkan 75 nama calon anggota BPK. Selanjutnya mereka harus mengikuti uji kelayakan dan kepatutan atau fit and proper test.
Pihak Komisi XI DPR mengumumkan nama-nama itu kepada publik sebagai bagian dari transparansi dan meminta masukan dari masyarakat terkait nama-nama itu.
Masukan dari masyarakat bisa disampaikan kepada Sekretariat Komisi XI DPR RI di Gedung Nusantara I Lantai 1, Jl Jenderal Gatot Subroto, Jakarta 10270, melalui fax di (021) 5756027, atau email ke [email protected], mulai 10 -19 Juli 2024, pukul 09.00 hingga 15.00 WIB.
Berikut 75 nama calon anggota BPK, yakni Blucer W Rajagukguk, Eva Yuliana, Mukhamad Misbakhun, Budi Santoso, Erryl Prima Putera Agoes, Reza Ronaldo, Prof Thomas Pentury, Arief Wicaksono Cahyadi, Hendrik H Sitompul, Andry Prihandono, Porf M Afif Hasbullah, Mohammad Supriyadi, Mulfahcri Harahap, Jon Erizal, Daniel Lumban Tobing, Izhari Mawardi.
Dan, Prof Mudrajad Kuncoro, Hadri Kusuma, I Dewa Made Tirta Meirsha, Akhsanul Khaq, Yuli Kristiyono, Lusiana Herawati, Marwan Idris, Bobby Adhityo Rizaldi, Chandra Wijaya, Dumoly Freddy Pardede, Armen Mesta, Prof Agung Nur Probohudono, Bambang Prijambodo, Agus Puruhitaarga Purnomo Widodo, Rachmat M Purba, Hendra Susanto, Budi Prijono, Charles Panji Dewanto, Indra Krisna, Nehseh Bangun, Prof Dadang Suwanda, R Aryo Bilowo, Salamat Simanullang, Fathan, Hasbi Anshory.
Ada pula nama, Harry Z. Soeratin, Tamsil Ainnur Rizal, Muhammad Syarkawi Rauf, Haris Sarwoko, Basyiruddin Nur, Prof Istianingsih, Slamet Soedarsono, Julizar Idris, Sidharta Wisnu Wardhana, Hadi Purnomo, Wahyu Gunarto, A Muh Yuslim Patawari, Akhmad Muqowam, Bonardo Pardomuan Hasiholan Sinaga, Bunyamin, Tri Endah Wahyuningsih, Roziqin.
Dan, IB Putu Anom Redhi, Paulinus Ari Purbowo, Abdul Rouf, Yoyo Arifardhani, Andri Yuda Siahaan, Astilda Sinabutar, Gelly Susantry, Wahyu Sanjaya, Endah Sricahyani Sucipto, Laode Nusriadi, Oktavianto Hernawan,Posma Sariguna Johnson Kennedy, Ahmad Adib Susilo, Laode Muhamad Syarif, Zaini Rahman, Yves S Palambang, dan Gunawan Setiyaji.