Enggak Usah pada Heboh! Luka di Telinga Trump tak Sebanding dengan Genosida di Gaza


Tak habis pikir, perkara satu orang terluka ringan saja sudah bisa buat dunia heboh. Tapi di sisi lain, mereka yang lantang bersuara malah senyap saat puluhan ribuan nyawa melayang secara mengenaskan.

Penembakan terhadap mantan presiden AS dan bakal calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump, dalam kampanye di Butler, Pennsylvania, Sabtu (13/7/2024), tidak sebanding dengan keadaan Gaza yang telah porak-poranda.

Trump hanya menderita luka ringan, peluru hanya menembus bagian atas telinga kanannya, tidak seperti jutaan peluru yang menghujam tubuh warga Gaza. Bahkan, setelah insiden Trump masih bisa melanjutkan perjalanannya ke Milwaukee untuk Konvensi Nasional Partai Republik. Tak sebanding dengan penderitaan masyarakat Gaza, yang jauh lebih menyakitkan.

Jenazah berserakan di jalan, tak sedikit dalam keadaan hangus terbakar, ada pula yang kondisinya tidak utuh. Para pengungsi juga mesti berbaris untuk mendapatkan makanan yang didistribusikan oleh dapur umum setempat. Setiap harinya, anak-anak hingga orang dewasa membawa wadah untuk mendapatkan makanan. Mereka mesti berebut dan berdesakan karena persediaan bantuan yang menipis.

Mantan Presiden AS Donald Trump usai penembakan
Mantan Presiden AS Donald Trump usai penembakan. (Foto: Associated Press)

Lucunya, insiden penembakan Trump malah lebih banyak menuai simpati dari berbagai pihak, tak terkecuali Presiden Joe Biden, pesaing Trump. Ia dengan lantang, mengutuk keras insiden penembakan tersebut. Biden menegaskan tak ada toleransi bagi kekerasan macam ini.

“Saya bersyukur mendengar bahwa dia selamat dan baik-baik saja. Tidak ada tempat bagi kekerasan semacam ini di Amerika. Kita harus bersatu sebagai satu bangsa untuk mengutuknya,”kata Biden dalam sebuah pernyataan, dilansir AFP, Minggu (14/7/2024).

Simpati untuk Trump juga mengalir deras dari sejumlah pemimpin dunia. Dari Eropa, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengatakan pada Minggu bahwa dia ‘kaget dengan pemandangan yang mengerikan’ pada kampanye tersebut. “Kekerasan politik dalam bentuk apa pun tidak mempunyai tempat di masyarakat kita,” kata Starmer yang baru terpilih sebagai perdana menteri pada awal bulan ini.

Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni mendoakan agar Trump cepat sembuh. Presiden Argentina Javier Milei juga bersuara, ia menyalahkan kelompok ‘sayap kiri internasional’ usai percobaan pembunuhan itu. Tak ketinggalan, Perdana Menteri India Narendra Modi mengatakan sangat prihatin dengan serangan terhadap sahabatnya. “Kekerasan tidak memiliki tempat dalam politik dan demokrasi,” kata Modi.

Ironis! Sikap serupa tidak disuarakan lantang oleh para pemimpin dunia terhadap Israel yang sudah membinasakan banyak nyawa tak berdosa di Gaza, Palestina. Kabar terbaru, setidaknya ada 141 warga Palestina tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza dalam 24 jam terakhir, kini jumlah korban tewas keseluruhan mencapai 38.584 orang, menurut laporan Kementerian Kesehatan setempat pada Minggu (14/7/2024).

Orang-orang membawa seorang korban di lokasi yang menurut warga Palestina merupakan serangan Israel di sebuah kamp tenda di daerah Al-Mawasi, di tengah konflik Israel-Hamas, di Khan Younis di Jalur Gaza selatan
Orang-orang membawa seorang korban di lokasi yang menurut warga Palestina merupakan serangan Israel di sebuah kamp tenda di daerah Al-Mawasi, di tengah konflik Israel-Hamas, di Khan Younis di Jalur Gaza selatan, Sabtu (13/7/2024). (Foto: Al Jazeera)

Dalam pernyataan resmi, kementerian menambahkan sekitar 88.881 orang lainnya terluka dalam serangan tersebut. “Pasukan Israel membunuh 141 orang dan melukai 400 lainnya dalam tiga ‘pembantaian’ terhadap keluarga-keluarga dalam 24 jam terakhir,” kata kementerian itu. “Banyak orang masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalanan karena penyelamat tidak dapat menjangkau mereka,” bunyi pengumuman tersebut.

Tidak hanya diam, para pemimpin dunia juga mulai ‘menjahit’ kantong mereka untuk memberikan donasi bagi penanganan kemanusiaan di Gaza. Badan PBB untuk Pengungsi Palestina, UNRWA pun sudah mengeluh soal makin terbatasnya dana operasional untuk membantu para pengungsi di Palestina.

Disebutkan, bahwa dana operasional hanya cukup hingga September nanti. Sekjen PBB Antonio Guterres sebelumnya sempat memohon bantuan dari para donatur tetap. “Kami telah bekerja tanpa kenal lelah dengan para mitra untuk memulihkan kepercayaan terhadap badan tersebut,” kata Ketua UNRWA Philippe Lazzarini, dilansir kantor berita AFP, Sabtu (13/7/2024).

Anak-anak Palestina antre saat menerima bantuan makanan di Kota Khan Younis, Jalur Gaza Selatan, Sabtu (15/6/2024). Warga Gaza tidak merayakan Hari Raya Idul Adha seperti tahun lalu, akibat agresi Israel selama delapan bulan terakhir menghancurkan kehidupan mereka yang kini tinggal di tenda-tenda darurat
Anak-anak Palestina antre saat menerima bantuan makanan di Kota Khan Younis, Jalur Gaza Selatan, Sabtu (15/6/2024). Warga Gaza tidak merayakan Hari Raya Idul Adha seperti tahun lalu, akibat agresi Israel selama delapan bulan terakhir menghancurkan kehidupan mereka yang kini tinggal di tenda-tenda darurat. (Foto: Antara/Xinhua)

Kucuran dana bagi UNRWA sedang seret setelah beberapa negara menahan pendanaan. Seretnya kucuran dana itu menyusul tuduhan Israel bahwa sejumlah karyawan UNRWA ikut serta dalam serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober.

Guterres telah memohon kepada para donatur tetap untuk mendanai badan PBB tersebut. Dia memperingatkan bahwa Palestina akan kehilangan jalur hidup yang penting tanpa UNRWA. “Biar saya perjelas, tidak ada alternatif lain selain UNRWA. Saat kami mengira keadaan tidak akan menjadi lebih buruk lagi di Gaza. Entah bagaimana, yang terjadi semakin mengerikan, warga sipil malah didorong ke dalam lingkaran neraka yang lebih dalam,” kata dia.

Diketahui, Kongres Amerika Serikat telah melarang pendanaan lebih lanjut untuk UNRWA. Pemerintahan Presiden AS Joe Biden malah mengarahkan pendanaan untuk warga sipil Palestina ke badan-badan lain, sambil mengatakan bahwa UNRWA memiliki kemampuan unik untuk mendistribusikan bantuan.