Kaus Buatan China Bergambar Penembakan Trump Raup Untung Besar


Ketika Amerika Serikat tengah berupaya mengatasi upaya pembunuhan terhadap mantan Presiden Donald Trump pada hari Sabtu (13/7/2024), pabrik-pabrik di belahan dunia lain di China malah meraup untung besar. Mereka menjual kaus bergambar Trump secara online dan laris manis diborong pembeli.

Dalam beberapa jam setelah penembakan di sebuah rapat umum kampanye di Butler, Pennsylvania, platform e-commerce China Taobao menjual kaus bergambar foto Associated Press yang memperlihatkan Trump berdarah dan mengepalkan tangan, sedang dikawal pergi oleh agen Dinas Rahasia.

Dengan slogan seperti “Berjuang! Berjuang! Berjuang!” dan “Menembak Membuatku Lebih Kuat!” di bawah gambar, beberapa kaus dijual seharga US$4 (sekitar Rp64 ribu) per buah. Para pengecer mengatakan kepada media China bahwa mereka terkejut melihat seberapa cepat kaus-kaus itu ludes terjual.

“Kami menjual kaus-kaus itu di Taobao segera setelah kami melihat berita tentang penembakan itu, meskipun kami belum mencetaknya, dan dalam waktu tiga jam kami melihat lebih dari 2.000 pesanan dari China dan AS,” kata penjual Taobao, Li Jinwei, kepada South China Morning Post, yang dimiliki oleh perusahaan induk Taobao, Alibaba.

Pada hari Senin (15/7/2024), aparat sensor Beijing telah menghapus kaus-kaus itu dari hasil pencarian internet di China. Meskipun barang-barang tersebut mungkin dibatasi, produsen China masih berharap meraup keuntungan dari momen budaya tersebut di luar negeri – sebuah keterampilan yang telah mereka kuasai dengan munculnya situs-situs seperti Temu dan pengecer mode cepat Shein.

Baik Temu maupun Shein bekerja sama dengan ribuan pemasok dan produsen untuk segera memproduksi pakaian murah dan barang-barang lainnya dalam jumlah sedikit untuk memenuhi keinginan konsumen asing.

Di Temu, sebuah platform e-commerce yang populer di luar China karena harga barang-barang rumah tangga dan elektroniknya yang sangat murah, puluhan versi kaus Trump masih dijual dengan harga masing-masing US$8,49 sekitar Rp137 ribu, dan banyak di antaranya menampilkan slogan-slogan yang berfokus pada AS seperti “Make America Great Again”.

“Ini adalah kisah nyata yang menunjukkan bagaimana rantai pasokan China berkembang di bawah ‘ekonomi selebriti internet,’ sebuah model bisnis yang bertujuan untuk memanfaatkan lalu lintas daring,” kata Yue Su, kepala ekonom Tiongkok di Economist Intelligence Unit, kepada Al Jazeera.

“Diperlukan kesiapan rantai pasokan untuk merespons berita terkini atau peristiwa sosial lain yang sangat berpengaruh dengan cepat sehingga pengecer atau produsen dapat memanfaatkan antusiasme konsumsi sementara ini.”

Ekonomi China hanya tumbuh 4,7 persen per tahun pada kuartal kedua tahun 2024, menurut data yang dirilis pada hari Senin (15/7/2024) oleh Biro Statistik Nasional (NBS). Ini lebih baik dari kinerjanya di era pandemi COVID-19 tetapi jauh lebih lambat dibandingkan beberapa dekade sebelumnya.

Sektor properti China, yang pernah menjadi salah satu mesin pertumbuhan ekonomi negara tersebut, sedang mengalami kontraksi panjang dan menyakitkan, sementara konsumsi gagal untuk menutupi selisihnya karena konsumen menahan tabungan mereka.

Penjualan eceran tumbuh 2 persen tahun ke tahun pada bulan Juni, kata NBS, kurang dari proyeksi pasar sebesar 3,3 persen atau lebih dan turun dari puncak tahunan sebesar 12,7 persen. Ketika konsumen dalam negeri mengencangkan ikat pinggang, pabrik-pabrik di China mulai mengalihkan perhatian mereka ke luar negeri seperti menjual barang dagangan bergambar Trump atau pakaian bermerek terkini. 

Ekspor tumbuh 8,6 persen tahun-ke-tahun berkat permintaan barang global yang lebih tinggi, menurut data NBS. Sementara itu, manufaktur pada paruh pertama tahun 2024 tumbuh pada tingkat tercepat dalam dua tahun, menurut Indeks Manajer Pembelian Caixin.

Sementara bisnis China berharap untuk meraup untung cepat dari Trump yang nyaris tewas tertembak, keuntungan mereka kemungkinan akan terpukul jika mantan presiden itu terpilih kembali pada bulan November. Selama masa jabatan pertamanya dari tahun 2017 hingga 2021, Trump memulai perang dagang dengan China sebagai respons atas apa yang disebutnya sebagai praktik perdagangan tidak adil dan pencurian kekayaan intelektual selama bertahun-tahun.

Banyak kebijakan perdagangan Trump terhadap China dilanjutkan atau diperluas di bawah Presiden AS Joe Biden di tengah meningkatnya ketidakpercayaan bipartisan terhadap Beijing. Meskipun Biden dan Trump telah mengusulkan tarif baru selama kampanye, kandidat dari Partai Republik tersebut telah melangkah lebih jauh dengan mengusulkan tarif sebesar 60 persen atau lebih tinggi pada semua impor China.

Tarif sebesar 60 persen pada barang-barang China akan mengurangi impor secara drastis, mengurangi separuh tingkat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tahunan, menurut penelitian UBS.