Di tengah memburuknya perekonomian, banyak perusahaan kena imbasnya. Termasuk pengembang kawasan industri PT Jababeka (KIJA) Tbk didera utang US$280 juta atau setara Rp4,4 triliun.
Untuk melunasinya, memang berat karena angkanya gede. Paling tidak, manajemen KIJA berniat mendahulukan pembayaran utang sebesar US$100 juta. Untuk itu disiapkan lahan di kawasan industri Cikarang, Jawa Barat yang luasnya 500 hektare (ha).
“Kami mau 100 juta dolar AS untuk bayar utang. Untuk itu, kami perlu penjualan besar. Penjualan besar ya tadi, mesti jual aset,” kata Direktur Utama Jababeka, Setyono Djuandi Darmono, Jakarta, dikutip Kamis (18/7/2024).
Saat ini. kata Darmono, Jababeka memiliki land bank (nilai buku) di kawasan Cikarang berupa lahan seluas 5.600 ha. Dengan penjualan lahan 500 ha, utang Jababeka diharapkan susut menjadi US$180 juta. “Dengan berkurangnya aset maka berkurang pula beban utang dan operasional perseroan,” kata Darmono.
Wakil Direktur Utama Jababeka, T Budianto Liman menerangkan, utang Jababeka terdiri dari obligasi berbentuk dolar AS senilai US$180 juta, serta pinjaman dari Bank Mandiri sebesar US$100 juta.
Asal tahu saja, kedua utang itu masuk jatuh tempo pada 2027. Artinya, Jababeka masih punya waktu untuk melunasinya sebelum jatuh tempo. Sayangnya, kondisi keuangan perseroan tidak sedang baik-baik saja.
Adapun utang perusahaan tercatat senilai Rp 4,4 triliun pada periode yang sama. Dilansir dari Kontan, Jababeka (KIJA) per 31 Desember 2023 mencatatkan penjualan dan pendapatan jasa senilai Rp3,29 triliun, atau naik 20 persen dari periode sama tahun sebelumnya yang senilai Rp2,74 triliun.
Dari sisi laba bersih, KIJA juga mengalami peningkatan 577 persen dengan nilai Rp 305,57 miliar pada akhir 2023. Pada 2022 lalu, Jababeka justru harus menelan kerugian senilai Rp64,03 miliar.
Kemudian, total aset terakumulasi Jababeka tercatat senilai Rp12,94 triliun, atau turun tipis 1,29 persen secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu di angka Rp 13,11 triliun.