Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad menyebut Pertamina mampu menjaga kuota BBM subsidi tepat sasaran. Termasuk di antaranya melalui sistem dan teknologi informasi yang digunakan BUMN migas itu.
“Oke sih. Melalui teknologi informasi, Pertamina bisa menjaga kuota BBM subsidi agar tepat sasaran. Meski tentu saja, tetap harus ditingkatkan,” kata Tauhid kepada wartawan di Jakarta, Kamis (18/7/2024).
Tauhid sependapat, penggunaan teknologi informasi tersebut bisa mengurangi risiko penyalahgunaan BBM bersubsidi. Sebab, Pertamina bisa memastikan kendaraan mana saja yang boleh membeli BBM bersubsidi plus batasan volume yang boleh dibeli. “Teknologi tersebut mendeteksi nomor kendaraan dan jenis yang boleh menggunakan BBM subsidi,” kata dia.
Ke depan, Tauhid berharap, ke depan, Pertamina bisa terus menjaga agar kuota BBM subsidi bisa lebih tepat sasaran. Caranya? Perbaiki dan tingkatkan teknologi tadi. Melalui upaya itu, BUMN migas ini, bisa lebih menekan risiko penyalahgunaan barcode .
Dengan improvement teknologi, Tauhid berharap, bisa mendeteksi sejauh mana jarak yang sudah ditempuh kendaraan pengguna BBM subsidi itu. Apakah ada penambahan kuota BBM subsidi yang digunakan atau tidak. Dengan begitu bisa dipastikan BBM yang dibeli memang untuk kepentingan transportasi.
“Makanya, Pertamina tetap perlu melakukan penajaman dan meningkatkan teknologinya,” kata Tauhid.
Hanya itu? Tidak. Tauhid juga mengusulkan penambahan pengawas eksternal. Peningkatan pengawasan tersebut, dinilai Tauhid membuat Pertamina bisa semakin menjaga kuota BBM subsidi dan tepat sasaran. “Ini untuk memperbaiki dan melengkapi teknologi di lapangan,” pungkas Tauhid.
Mengenai upaya BUMN tersebut dalam menjaga kuota BBM subsidi dan agar tepat sasaran, sebelumnya disampaikan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati. Nicke menyebut, dalam upaya tersebut, antara lain Pertamina menggunakan teknologi informasi untuk memantau pembelian BBM bersubsidi di SPBU-SPBU secara real time .
Upaya tersebut, kata Nicke, dilakukan melalui pengembangan alert system yang mengirimkan exception signal dan dimonitor langsung dari command center Pertamina. Melalui sistem ini, data transaksi tidak wajar seperti pengisian di atas 200 liter Solar untuk satu kendaraan bermotor atau pengisian BBM bersubsidi kepada kendaraan yang tidak mendaftarkan nomor polisi (nopol) kendaraannya akan termonitor langsung oleh Pertamina.