Bahaya Konsumsi Kecubung Berlebihan, Bisa Berakhir jadi ODGJ


Psikiater Konsultan Adiksi RSJ Sambang Lihum yang juga anggota IDI, dr. Firdaus Yamani mewanti-wanti risiko ataupun bahaya mengonsumsi tanaman kecubung.

Firdaus menyebutkan, mengonsumsi kecubung akan memberikan efek halusilogenik yang membuat seseorang halusinasi. Itu karena tanaman tersebut memiliki senyawa alkaloid tropan, seperti atropine, skopolamin, dan hiosiamin.

Setiap bunga kecubung mengandung sekitar 0,65 mg skopolamin dan 0,3 mg atropin, sementara setiap biji kecubung mengandung sekitar 0,1 mg atropin.

“Kalau pertama kali atau jarang menggunakan kecubung, itu efeknya paling lama satu minggu, setelah itu hilang,” kata Firdaus dalam diskusi virtual yang diselenggarakan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Jakarta, Jumat (19/7/2024).

Namun, Firdaus menyatakan ada efek lebih berat bila pengguna sering atau berulangkali mengonsumsi buah kecubung maupun obat-obatan yang mengandung ekstrak kecubung.

“Namun kalau berkali-kali menggunakan, itu bisa menyebabkan kerusakan pada otak yang lebih berat, sehingga mereka mengalami seperti gangguan jiwa atau seperti ODGJ (orang dalam gangguan jiwa),” katanya.

Selain itu, penggunaan kecubung secara berlebihan akan membuat efek halusinasi berkepanjangan, kemudian terjadi perilaku yang tidak karuan dan fungsi kognitif yang menurun.

“Sehingga itu bahayanya dari penggunaan kecubung apabila digunakan terus menerus atau berkepanjangan. Bisa menyebabkan istilahnya kegaguan psikotik atau ODGJ,” tuturnya.

Lebih jauh, Firdaus menyebutkan memakan bagian dari tanaman kecubung, seperti bunga, daun, atau biji, dalam jumlah yang melebihi dosis aman juga dapat menyebabkan kematian.

“Ya, bisa menyebabkan kematian apabila dikonsumsi secara berlebihan sampai tercapai dosis letal. Kemudian kematiannya itu karena terjadi depresi, gagal nafas, kelumpuhan pada otot saluran pernafasan. Kemudian detak jantung yang cepat atau aritmia, sehingga terjadi kolaps atau kelupuhan sistem kardiofaskuler. Kelumpuhan pada jantung, kelumpuhan pada perendahan darah, itu bisa juga terjadi kematian,” jelasnya.

Sebelumnya, Firdaus mengatakan kasus puluhan warga yang teler di Banjarmasin, bukan karena efek buah kecubung. Melainkan mereka mengonsumsi sebuah obat pil putih tanpa merek.

Total dalam laporan yang disampaikan Firdaus, ada 56 orang yang dilarikan ke rumah sakit dan dua diantaranya dinyatakan meninggal dunia.

Pil putih tak bermerek yang sedang diteliti dan ditelusuri oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) dan kepolisian itu diduga mengandung ekstrak buah kecubung.

Hasil temuan yang baru diketahui hingga hari ini adalah pil tersebut masuk ke dalam jenis pil carnophen yang memiliki kandungan paracetamol, carisoprodol, dan kafein. Ketiga kandungan itu diduga menghasilkan efek samping yang mirip dengan buah kecubung.

“Ada yang mengatakan ini pil zenith varian baru, ada yang mengatakan ini pil koplo. Nah karena mereka tertarik, mereka mencobanya, ada yang meminum 2, 3, bahkan ada juga yang 5,” katanya.