Putri (12), siswi kelas V SDN Cibadak, Sukabumi, harus melawan rasa takut tiap kali hendak menyeberangi Sungai Cikaso untuk berangkat sekolah.
Bersama teman-teman sekolahnya, Putri harus mengumpulkan nyali, bertaruh nyawa, bergelantungan di jembatan gantung yang sudah rusak dan hampir putus.
Awalnya sempat takut melintas dengan cara bergelantungan di rangka jembatan gantung tapi sekarang sudah mulai terbiasa. Aksi nekat yang dilakukannya ini agar diri dan rekan-rekannya bisa menimba ilmu di sekolah.
Akan tetapi dirinya mengaku jika turun hujan deras terpaksa meliburkan diri demi keselamatan karena takut terjatuh ke sungai dan tenggelam. Bahkan, gurunya pun mengimbau kepada Putri dan rekannya agar tidak memaksakan diri berangkat ke sekolah khawatir celaka.
Jembatan ini merupakan akses utama warga khususnya pelajar yang berada di dua desa untuk menyeberang. Dengan kondisi jembatan yang rusak, warga Desa Bantarpanjang terpaksa harus bergelantungan di sisa besi jembatan tersebut agar bisa mengajar murid-muridnya tepat waktu.
Untuk menyeberangi Sungai Cikaso dengan cara bergelantungan sisa puing jembatan maupun aliran sungai (saat surut) hanya membutuhkan waktu 10 menit. Tetapi jika memanfaatkan akses jalan lainnya bisa memakan waktu lebih dari satu jam.
“Setiap hari saya, para pelajar dan masyarakat harus seperti untuk menyeberang. Bahkan saat hujan pun kami tetap nekat menyeberang agar bisa sampai tujuan tepat waktu. Kami berharap jembatan ini bisa segera diperbaiki karena banyak pelajar dari dua desa yang hendak bersekolah harus bertaruh nyawa melewati jembatan ini,” kata Leni Sumarni, guru SDN Cibadak, Desa Neglasari menceritakan keluh kesahnya.
Jembatan ini menghubungkan Desa Neglasari dan Bantarpanjang, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
“Jembatan penghubung antara Desa Neglasari dan Bantarpanjang ini merupakan akses penyeberangan utama masyarakat bahkan tidak sedikit pelajar mulai tingkat SD hingga SMA yang terpaksa masih memanfaatkan material jembatan ini untuk menyeberangi Sungai Cikaso demi menghemat waktu,” kata Kepala Desa Neglasari Rahmat Hidayat.
Jembatan tersebut rusak akibat disapu banjir bandang beberapa bulan lalu dan hingga kini belum diperbaiki. Meskipun kondisinya sudah sangat memprihatinkan, jembatan tetap menjadi akses utama warga yang ingin menyeberang dari Desa Neglasari ke Bantarpanjang maupun sebaliknya.
Sebenarnya ada akses jalan lainnya yang bisa digunakan untuk menyeberang, tetapi jaraknya jauh mencapai 10 km dan aksesnya tidak memadai serta memakan waktu yang lama hampir yakni sekitar 1-2 jam untuk menyeberang dari Desa Neglasari ke Bantarpanjang maupun sebaliknya.
“Jika air sungai tengah surut mereka biasanya menyeberang lewat aliran sungai, namun yang dikhawatirkan jika terjadi banjir bandang tiba-tiba bisa menghanyutkan siapapun yang tengah menyeberang,” tambahnya.
Pihaknya sudah meminta bantuan dan bersurat ke instansi terkait untuk segera membangun jembatan permanen namun hingga kini belum terealisasi.