Badan Anti-Doping China (CHINADA) menyerukan peningkatan frekuensi tes doping terhadap atlet Amerika Serikat, seiring ketatnya persaingan medali antara kedua negara di Olimpiade Paris 2024.
Seruan ini muncul di tengah ketegangan antara China dan AS, yang saling menaruh kecurigaan terkait dugaan doping di kalangan atlet mereka.
Menurut laporan AFP, Kamis (8/8/2024), ketegangan ini dipicu oleh investigasi media pada April lalu yang mengungkapkan bahwa 23 perenang China dinyatakan positif menggunakan zat terlarang sebelum Olimpiade Tokyo 2021, namun tetap diizinkan bertanding. Otoritas China berhasil meyakinkan Badan Anti-Doping Dunia (WADA) bahwa hasil positif tersebut disebabkan oleh makanan yang terkontaminasi, sehingga para atlet tidak mendapat hukuman.
Pengungkapan ini memicu kritik tajam terhadap WADA, terutama dari Amerika Serikat, yang mempertanyakan integritas keputusan tersebut. Kritik ini membuat China geram, dan menuduh WADA melakukan “tutup-tutupan.”
Dalam sebuah pernyataan, CHINADA menyatakan bahwa ada alasan kuat untuk mencurigai adanya masalah doping sistemik dalam atletik Amerika Serikat.
Sebagai bukti, CHINADA mengutip kasus pelari Amerika Erriyon Knighton, yang dinyatakan positif menggunakan zat terlarang pada Maret lalu, tetapi tetap diizinkan bertanding di Paris setelah seorang arbiter independen menyimpulkan bahwa hasil tersebut kemungkinan berasal dari daging yang terkontaminasi.
CHINADA juga mempertanyakan mengapa Badan Anti-Doping AS (USADA) tidak menemukan lebih banyak kasus positif zat tersebut, yang merupakan steroid yang umum digunakan pada ternak, di antara atlet Amerika lainnya, atau mengapa USADA tidak memberikan peringatan terkait risiko kontaminasi ini.
Saat ini, Amerika Serikat memimpin klasemen perolehan medali Olimpiade Paris 2024 dengan 27 medali emas, disusul China dengan 25 medali emas.
Dalam kompetisi renang, China mengikutsertakan 11 perenang yang terlibat dalam skandal doping dan berhasil meraih 12 medali, terdiri dari dua emas, tiga perak, dan tujuh perunggu.
Pada bulan Juni, CHINADA menegaskan bahwa mereka “tidak akan pernah” menyetujui permintaan AS untuk merilis rincian penyelidikan terkait 23 perenang tersebut. Ketegangan ini menambah dinamika persaingan ketat antara kedua negara di ajang Olimpiade Paris 2024.