Ini Bahaya Asap Briket Arang, Digunakan Artis Lee Sun-kyun Bunuh Diri

Aktor Korsel Lee Sun-kyun (48) meninggal dunia di dalam kendaraannya di Seoul, Rabu (27/12/2023). Ia diduga bunuh diri usai menghirup asap dari briket arang yang dibakar di dalam mobilnya. Bagaimana sebenarnya bahaya dari asap briket arang bagi tubuh?

Menurut laporan agensi media Korsel, Yonhap, penemuan briket arang itu menunjukkan adanya indikasi bahwa tindakan bunuh diri Lee Sun Kyun semakin menguat. “Lee ditemukan dalam keadaan tidak sadarkan diri di dalam mobil di sebuah taman di pusat kota Seoul pada pukul 10:30 pagi, dan polisi kemudian mengidentifikasinya sebagai Lee. Di kursi penumpang ada briket arang,” tulis Yonhap.

“Briket arang dapat menyebabkan keracunan karbon monoksida yang fatal, ditemukan di kursi penumpang depan kendaraan,” sambung laporan yang sama. Lee sangat terkenal sukses memerankan sosok ayah di film peraih Oscar, Parasite.

Lee Sun Kyun dikabarkan terlibat skandal penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di sebuah tempat hiburan malam di distrik Gangnam, Seoul. Lee yang membintangi sejumlah drama dan film ternama di Korsel, seperti Coffee Prince, Pasta, Helpless, dan My Mister telah melalui tiga kali pemeriksaan polisi. Namun sang aktor mengklaim dia ditipu oleh seorang wanita untuk menggunakan narkoba. Dia juga mengaku memakai obat-obatan terlarang itu tanpa sadar.

“Lee dites negatif dalam tes reagen singkat yang dilakukan selama penyelidikan polisi dan tes narkoba berbasis laboratorium oleh Layanan Forensik Nasional bulan lalu,” ungkap laporan yang sama.

Saat ini tren bunuh diri menggunakan briket arang belakangan memang kerap terjadi di Korea Selatan (Korsel). Baru-baru ini salah satu anggota boyband SHINEE, Kim Jong-hyun juga nekat mengakhiri hidupnya dengan penggunaan briket arang tersebut.

Bahayanya Asap Briket Arang

Ada beberapa kasus keracunan karbon monoksida (CO) yang kebanyakan terjadi secara tidak disengaja, terutama akibat faktor ketidaktahuan soal bahaya polusi udara terhadap pernafasan di ruang tertutup. The Medical Journal of Australia, menyebutkan, Chris Winder, Profesor Kesehatan, Keselamatan Kerja, dan Manajemen Lingkungan dari Australian Catholic University, mengungkap kasus kematian seorang pria 42 tahun dan rekannya saat memasak barbekyu dengan menggunakan briket arang di sebuah apartemen kecil di Sydney, Juli 2009.

Usai beres barbekyu-an, wadah berisi arang yang masih menyala dimasukkan ke dalam apartemen sebagai sumber panas. Masalahnya, apartemen yang ada di bawah jalur penerbangan bandara ini punya isolasi kebisingan yang menghambat sirkulasi udara alias berventilasi buruk. Satu setengah hari kemudian, pria tersebut ditemukan meninggal, sementara rekannya kritis.

Briket arang (charcoal briquettes) terdeteksi amat berbahaya jika dibakar di ruang tertutup lantaran bisa menyebabkan keracunan CO, zat yang merusak pernafasan sel. Briket bisa terbuat dari berbagai macam jenis berdasarkan bahannya, mulai dari briket batu bara (coal briquettes), briket arang (charcoal briquettes), hingga briket dari tanah gambut (peat briquettes). Salah satu yang lazim dipakai di Indonesia adalah briket arang yang terbuat dari tempurung kelapa.

Kasus kematian Lee Sun Kyun ini menyoroti masalah pembakaran briket arang di ruangan yang berventilasi buruk, yang dapat menghasilkan konsentrasi CO yang beracun. CO adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak menyebabkan iritasi tanpa sifat peringatan. 

Sumber CO berhubungan dengan pembakaran tidak sempurna dari bahan-bahan yang mengandung karbon dalam kondisi pasokan oksigen yang terbatas. Ini termasuk tungku atau pemanas yang rusak, kompresor, tungku pembakaran kayu, knalpot kendaraan, tukang las, peralatan berbahan bakar bensin atau solar lainnya, serta kebakaran gedung.

Mekanisme toksisitas CO adalah sesak napas melalui penghambatan pengikatan oksigen ke hemoglobin. Hal ini mengingat CO mempunyai afinitas terhadap tempat pengikatan oksigen hemoglobin lebih dari 200 kali lipat dibandingkan oksigen. CO juga meningkatkan konsentrasi hem seluler, yang mengganggu respirasi sel, dan menyebabkan stres oksidatif serta peradangan melalui berbagai jalur. 

Untuk paparan ringan dan jangka pendek di bawah sekitar 500 bagian per juta (ppm), gejalanya dapat berupa sakit kepala, pusing, mual, gangguan fungsi psikomotorik dan juga beberapa fungsi perilaku abnormal, kehilangan keseimbangan, kelelahan, serta gejala pernapasan. Ketika konsentrasi meningkat, gejala-gejala ini semakin parah. Kematian terjadi setelah sekitar 2 jam pada 1500 ppm, dan dapat terjadi setelah paparan yang lebih singkat pada konsentrasi yang lebih tinggi (misalnya, dalam waktu 30 menit pada 3000–6000 ppm). 

 

Sumber: Inilah.com