Alasan Umur 40 Tahun, Luhut Ngebet ‘Suntik Mati’ PLTU Suralaya


Untuk meningkatkan kualitas udara Jakarta, Menko Kemaritiman dan Investasi (Marves), Luhut Binsar Pandjaitan menyebut Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya paling layak disuntik mati.

Saat ini, kata Luhut, indeks kualitas udara atau Air Quality Index (AQI) di Jakarta berada di level 150-200 alias tidak sehat. Beda dengan IKN yang indeksnya di level AQI 6.

“Kemarin kita bahas, kita mau bawa ke rapat itu soal Suralaya, yang ini harus kita tutup. Kalau Suralaya kita tutup, saya rasa ini bagian dari transisi energi, ini juga bisa mengurangi mungkin 50 atau 60 poin indeks kualitas udara di Jakarta,” ungkap Luhut di SCM Summit 2024, Jakarta, Rabu (14/8/2024).

Luhut menegaskan, pemerintah tengah mengkaji kemungkinan penghentian operasional PLTU Suralaya. Karena, PLTU di Banten itu sudah uzur yakni 40 tahun.

“PLTU itu kita mau rapatin, nanti yang Suralaya itu kan sudah banyak polusinya ya dan sudah lebih 40 tahun. Jadi, kita ingin exercise, kita ingin kaji. Kalau bisa kita tutup, supaya mengurangi polusi Jakarta,” tegas Luhut.

Luhut kembali membandingkan kualitas udara Jakarta yang jauh tertinggal dengan Singapura yang saat ini memiliki AQI 24 atau 30, serta IKN Nusantara yang bahkan indeksnya hanya 6.

“Jadi IKN itu jauh lebih bagus. Nah, kita Jakarta ini kalau bisa, kalau kita tutup tadi Suralaya. Kita berharap akan bisa turun mungkin di bawah 100 indeks ini,” ungkapnya.

Selain penutupan PLTU Suralaya, lanjut Luhut, pemerintah juga ingin terus menggalakkan penggunaan kendaraan listrik, peluncuran BBM rendah sulfur, serta memperketat pengawasan terhadap pabrik yang menyumbang polutan.

“Pemerintah itu mengeluarkan Rp 38 triliun untuk biaya berobat. Ada yang melalui BPJS, ada yang melalui pengeluaran sendiri untuk kesehatan, akibat udara yang 170 sampai 200 indeks ini banyak yang sakit ISPA,” tandasnya.

Sementara, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengakui, suntik mati PLTU Suralaya tidak bisa dilakukan dalam waktu cepat. Karena, produksi setrum dari PLTU Suralaya menopang kebutuhan di Pulau Jawa.

“Jika melihat potensi energi baru di Jawa, tidak memungkinan untuk mencukup kebutuhan energi di Jawa,” paparnya.

Oleh karena itu, kata Arifin, perlu didukung sambungan transmisi ke Sumatera. Menurutnya, sambungan itu akan dilakukan secara bertahap.

“Nah Jawa ini kalau kita lihat potensi-potensi energi-energi barunya nggak mungkin, nggak cukup untuk bisa di-support makanya harus ada sambungan dari Sumatera nanti ke depan, tapi itu kan kita harus lakukan bertahap. Jadi kalau nggak infrastruktur transmisi ya nggak akan bisa masuk energi-energi baru ini,” ujarnya.

Arifin menuturkan pensiun dini PLTU Suralaya akan dilakukan bertahap dimulai dari unit-unit yang paling tua dengan efisiensi paling rendah. Adapun PLTU tersebut saat ini memiliki total 8 unit.

“Ya yang paling senior, satu itu, yang kedua dari performance-nya unit yang mana yang paling efisiensi ketinggalan, emisinya paling banyak jadi itu kriterianya,” pungkasnya.