Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dialami selebgram Cut Intan Nabila membuat publik marah!
Sang suami, Armor Toreador yang jadi pelakunya, tega menganiaya Cut Intan hanya karena ketahuan menonton film porno.
Segitu parahnya kah! ketahuan nonton porno bukannya minta maaf, malah aniaya istrinya.
Dikutip dari berbagai sumber, ternyata kecanduan film porno itu memang bahaya lho!
Adapun berikut ini beragam dampak negatif yang bisa terjadi ketika seseorang menonton video dewasa, di antaranya;
![Ilustrasi. Kemenkominfo Blokir 1,9 Juta Konten Pornografi](https://i0.wp.com/c.inilah.com/reborn/2023/09/Ilustrasi_film_porno_11194783fa.webp)
1. Ketergantungan dan Adiksi
Salah satu bahaya utama dari nonton video porno adalah risiko ketergantungan. Banyak orang yang awalnya hanya menonton sesekali, namun lama kelamaan menjadi kecanduan.
Ketergantungan ini bisa mengganggu produktivitas dan kehidupan sehari-hari. Seseorang yang sudah kecanduan akan merasa sulit untuk berhenti dan cenderung menghabiskan waktu yang berlebihan untuk menonton video dewasa.
2. Psikologis Terganggu
Nonton video porno secara berlebihan juga dapat memicu berbagai masalah psikologis, seperti kecemasan, depresi, dan rasa rendah diri.
Video dewasa sering kali menampilkan adegan yang tidak realistis dan berlebihan, yang bisa membuat seseorang merasa tidak puas dengan kehidupan seksualnya sendiri. Akibatnya, hal ini dapat merusak kepercayaan diri dan hubungan dengan pasangan.
![Ilustrasi Video Porno](https://i0.wp.com/c.inilah.com/reborn/2023/10/ilustrasi_video_porno_e836a18e36.jpeg)
3. Pengaruh Negatif pada Hubungan
Ketergantungan pada video porno bisa merusak hubungan dengan pasangan. Seseorang yang sering menonton video dewasa mungkin akan mengalami penurunan minat terhadap pasangan dan kehidupan seksual nyata. Ini bisa mengakibatkan ketegangan dan konflik dalam hubungan, serta menurunkan kualitas hubungan intim.
4. Pengaruh Negatif pada Otak
Nonton video porno secara berlebihan juga dapat mempengaruhi otak. Studi menunjukkan bahwa kebiasaan ini bisa mengubah struktur dan fungsi otak, khususnya area yang berkaitan dengan penghargaan dan dorongan seksual. Perubahan ini bisa membuat seseorang semakin sulit untuk merasakan kepuasan dari aktivitas seksual yang normal.