Ungkit Bencana Palu-Donggala, Jatam Soroti Eksplorasi Ugal-ugalan di Sulteng untuk IKN


Koordinator Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kalimatan Timur (Kaltim), Mareta Sari mendesak pemerintah menghentikan eksplorasi ugal-ugalan di disekitar wilayah pesisir pantai Sulawesi Tengah (Sulteng) sebagai pemasok material pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur (Kaltim).

“Wilayah -wilayah lainnya itu dikorbankan diluar IKN, Kaltim. Termasuk di Sulawesi Tengah, semen itu kan kawasan -kawasan yang harus dibongkar pesisir yang harus diobrak -abrik untuk angkut atau untuk menaruh material,” ujar Mareta di depan gerbang Kawasan Apartemen Pantai Mentari (PMC) yang didalamnya ada Kantor OIKN Balikpapan, Kamis (15/8/2024).

Ia menyebut, wilayah Kota Palu, dan Kab Donggala menjadi salah satu korban eksplorasi ugal-ugalan ini. Apabila terus dipaksakan, gempa bumi dan tsunami Sulawesi 2018 yang berkekuatan 7.5 Mw yang terjadi di pantai barat Pulau Sulawesi bakal kembali terulang.

“Kita tahu bahwa Palu-Donggala juga wilayah itu dalam konteks Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), mereka menyebutkan wilayah itu juga rentan gempa gitu. Artinya kalau dia dikeruk terus -menerus artinya mempercepat kejadian di tahun 2018 bisa kemungkinan bisa terjadi lagi,” katanya.

Sementara itu berdasarkan catatan Walhi Sulawesi Tengah, aktivitas produksi material serta pemberian izin pertambangan galian C di Kab Sigi, Kota Palu, dan Kab Donggala (Lansekap Pengunungan Gawalise). Walhi Sulteng mencatat ada sekitar 49 izin yang terbit dari tahun 2022, 2023, dan 2024. Status WIUP dan IUP, dengan jenis komoditas Sirtukil, Batu quarry besar, Diorit dan Andesit.

Jika di kalkulasi secara keseluruhan ada sekitar 69 izin yang esisting di Wilayah Sigi, Palu, dan Donggala dengan total luasan 1764.41 Ha. Berada di 6 desa dan 3 keluarahan, yaitu Desa Kalora, Loli oge, Loli saluran, Loli dondo, Loli pesua, Loli tasiburi, Kel Kabonga, Watusampu, dan Buluri.

Aktivitas perusahaan tambang galian c yang meningkat setiap harinya, memicu menurun kualitas lingkungan pada areal pertambangan Palu – Donggala. Hal ini banyak di rasakan oleh warga yang tinggal di sekitarnya. Abu setiap hari menyelimuti perkampungan serta badan jalan nasional trans palu donggala, sehingga warga harus menutup rapat rumahnya untuk menghindari abu dan pengguna jalan harus menggunakan masker tebal dan kaca mata.