Cetak Sawah 1 Juta Ha, Indonesia Bisa Jadi Penghasil Beras Terbesar Ketiga Dunia


Oleh: Fajar Iqbal Mirza

Dunia sedang dihantui berbagai potensi krisis, salah satunya adalah krisis pangan. Food and Agriculture Organization (FAO) memprediksi pada tahun 2050 dunia akan mengalami bencana kelaparan. 

Bahkan tahun 2023, World Forum Programme (WFP) mencatat ada kenaikan angka kerawanan pangan. Lebih dari 333 juta jiwa dari 78 negara di dunia mengalami kerawanan pangan akut. Hal ini dikarenakan ancaman krisis iklim dan ketidakstabilan ekonomi politik di dunia internasional.

Potensi krisis pangan ini harus menjadi perhatian khusus Pemerintah Indonesia. Presiden terpilih, Prabowo Subianto, dalam berbagai forum, baik nasional maupun internasional, menunjukan atensi khususnya bagi ketahanan pangan. 

Dalam Qatar Economic Forum Prabowo bahkan menyampaikan bahwa fokus utama yang akan dia lakukan sebagai presiden adalah ketahanan pangan dan Indonesia harus swasembada pangan. 

Selain itu, di kegiatan lainya, Prabowo berkeyakinan bahwa dalam 3 tahun Indonesia mandiri pangan dan dalam 4 tahun Indonesia akan menjadi pengekspor pangan.

Aksi Haji Isam Wujudkan Gagasan Prabowo

Keinginan luhur dari Prabowo ini perlu didukung oleh berbagai pihak agar Indonesia semakin maju. Salah satu pihak yang bahkan sudah melakukan aksi nyata untuk mewujudkan gagasan Prabowo ini adalah Andi Syamsudin Arsyad atau yang biasa disapa Haji Isam. Pengusaha sukses asal Kalimantan tersebut memesan 2.000 ekskavator dari Sany Group, perusahaan alat berat dari Tiongkok.

Pemesanan alat berat tersebut dilakukan Haji Isam untuk pengembangan proyek pertanian di Indonesia yang linear dengan gagasan Prabowo. Haji Isam langsung menggarap proyek satu juta hektar sawah di Merauke, Papua Selatan. 

post-cover

Penghasil Beras Ketiga Terbesar di Dunia

Langkah dari Haji Isam ini sangatlah berarti bagi ketahanan pangan Indonesia.
Dari data BPS, selama 2018-2023, luas  lahan baku sawah berkurang sebesar 648 ribu hektar. Artinya hampir setiap tahunnya ada 170 ribu hektar lahan sawah yang berkurang. Hal ini berakibat kepada menurunnya produksi pertanian.

Pada tahun 2023, lahan produksi padi Indonesia mencapai 10,21 juta hektar dan menghasilkan 34,10 juta metrik ton beras. Dengan penambahan 1 juta hektar yang sedang digarap oleh Haji Isam, secara hitungan kasar berpotensi menambah 3,4  juta metrik ton beras. 

Artinya Indonesia berpotensi untuk menghasilkan 37 juta metrik ton beras. Dengan angka demikian, Indonesia bahkan bisa melampaui produksi beras dari Bangladesh yang menjadi penghasil beras ketiga terbesar di dunia dengan 35,5 juta metrik ton. Di mana posisi pertama adalah Tiongkok dengan produksi 147 juta metrik ton beras, disusul India dengan 125 juta metrik ton beras.

Indonesia Swasembada Beras.

Pada tahun 2019-2021 di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi  Indonesia berhasil mendapatkan penghargaan dari International Rice Research Institute (IRRI) karena berhasil swasembada beras. 

Namun demikian, dikarenakan krisis iklim yang membuat hasil panen menurun, pada tahun 2024 ini Indonesia sudah mengimpor 3,6 juta ton beras. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sekitar 31 juta ton beras per tahunnya dan dapat mengendalikan kenaikan harga beras.

Dengan adanya penambahan lahan baru yang digarap oleh Haji Isam dan atensi khusus Prabowo terhadap ketahanan serta swasembada pangan, sangat memungkinkan ke depannya Indonesia kembali bisa mendapatkan penghargaan swasembada beras dan bahkan bisa menjadi pengekspor beras dunia.

Fajar Iqbal Mirza adalah Penulis dan Akademisi