Organisasi kemanusiaan internasional memperingatkan bahwa seluruh generasi anak-anak Gaza berisiko terkena polio kecuali tindakan segera diambil untuk menghentikannya dengan melakukan kampanye vaksinasi.
LSM kemanusiaan dan medis terkemuka termasuk Humanity & Inclusion, ActionAid, Norwegian Refugee Council, Oxfam dan Save the Children menandatangani seruan terhadap bahaya wabah polio yang akan segera terjadi bagi anak-anak Gaza.
Mereka mengatakan bahwa epidemi polio merupakan risiko yang tidak mampu ditanggung oleh anak-anak di Gaza. “Setidaknya 50.000 anak telah lahir di Gaza sejak meningkatnya konflik dan kemungkinan besar belum menerima vaksinasi apa pun,” kata pernyataan itu, Rabu (21/8/2024), mengutip The New Arab (TNA).
Informasi yang dirilis juga didukung oleh lebih dari 20 dokter dan profesional medis, termasuk beberapa di antaranya telah menjadi relawan di Gaza selama perang. Mereka membunyikan peringatan tentang risiko penyebaran penyakit ke luar Gaza, mengingat seberapa cepat virus dapat menyebar di antara mereka yang tidak divaksinasi.
Polio terdeteksi dalam limbah Gaza pada bulan Juni dengan kasus pertama yang dikonfirmasi pada bayi berusia sepuluh bulan akhir Juli lalu. Otoritas kesehatan Gaza yang kewalahan telah segera meminta dukungan masyarakat internasional dalam menangani wabah tersebut dan mendesak militer Israel memberikan jeda kemanusiaan guna melakukan kampanye vaksin.
Penyakit menular parah yang menyebabkan kelumpuhan itu tidak pernah terdeteksi di daerah kantong itu selama lebih dari 25 tahun, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Organisasi-organisasi tersebut menyalahkan kemunculan kembali penyakit itu pada perusakan sistematis Israel terhadap infrastruktur air dan sanitasi. Ini masih diperparah dengan pembatasan perbaikan dan akses pasokan, serta keberadaan persenjataan yang belum meledak di dalam dan sekitar infrastruktur utama.
WHO dan UNICEF mengatakan minggu lalu bahwa anak-anak Palestina membutuhkan setidaknya dua putaran vaksin polio yang diberikan secara oral untuk secara efektif menghentikan penyebarannya di Gaza.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyetujui pelepasan 1,23 juta dosis vaksin untuk digunakan di Gaza bagi lebih dari 640.500 anak di bawah usia sepuluh tahun. Namun, agar kampanye vaksinasi massal berhasil, harus ada penghentian permusuhan dan akses tanpa hambatan bagi petugas kesehatan, kata badan-badan bantuan tersebut.
Organisasi internasional tersebut menetapkan persyaratan yang dibutuhkan untuk respons efektif, termasuk kebutuhan untuk memfasilitasi akses aman ke vaksin, peralatan rantai dingin khusus, dan staf melalui semua titik penyeberangan ke dan di dalam Gaza. Dikatakan bahwa akses kemanusiaan penuh dan tanpa hambatan di Gaza sangat penting dan karenanya semua blokade harus segera diakhiri.
Israel telah memberlakukan pembatasan akses ke Gaza setelah merebut perbatasan Rafah selatan yang berfungsi sebagai satu-satunya titik penyeberangan sipil ke dan dari Gaza. Itu juga merupakan jalur penting untuk pengiriman bantuan bagi Gaza dari Mesir.
Organisasi-organisasi tersebut mengatakan bahwa ribuan anak tidak punya waktu menunggu negosiasi dan menegaskan kembali seruannya untuk gencatan senjata yang segera dan berkelanjutan. “Minimal, penghentian segera permusuhan di seluruh Gaza harus dilakukan untuk memfasilitasi kampanye vaksinasi pada bulan Agustus dan September,” kata mereka.
Virus polio tipe 2 diidentifikasi pada pertengahan Juli dalam sampel limbah yang dikumpulkan bulan sebelumnya dari kota Khan Younis dan Deir al-Balah di Gaza. Tiga kasus kelumpuhan ditemukan dokter pada akhir bulan Juli dan sampelnya dikirim ke Yordania untuk pengujian, dengan satu kasus dikonfirmasi terjadi pada bayi berusia sepuluh bulan.
Gaza tidak mendeteksi kasus penyakit tersebut selama 25 tahun, tetapi otoritas kesehatan memperingatkan bahwa bencana kemanusiaan akibat konflik selama berbulan-bulan telah menciptakan tempat berkembang biaknya penyakit.
Polio tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dicegah melalui vaksinasi, menurut WHO. Penyakit ini ditularkan melalui air, makanan, atau feses, menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan dalam hitungan jam. Penyakit ini biasanya menyebabkan kelumpuhan pada kaki dan dapat menyebabkan kematian.
Perang telah menghancurkan sistem kesehatan di daerah kantong itu dengan hanya 16 rumah sakit yang berfungsi sebagian dan menerima puluhan korban tewas maupun luka setiap hari. Dua puluh rumah sakit telah tidak dapat digunakan lagi akibat serangan Israel yang berulang kali. Pekerja bantuan telah melaporkan kondisi sangat berbahaya dan kekurangan obat-obatan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang terkepung.