Pemilu 2024 di Amerika yang penuh ketegangan, bisa dilanda kekerasan dari sayap kanan. Demikian peringatan dari seorang informan FBI terkenal yang selama bertahun-tahun menyusup ke Ku Klux Klan (KKK) dalam buku barunya.
Joe Moore menghabiskan satu dekade untuk menyusup ke cabang-cabang KKK di Florida guna menyelidiki hubungan yang terus terjalin antara penegak hukum dan organisasi supremasi kulit putih tersebut, termasuk menggagalkan rencana pembunuhan oleh tiga anggota Klan yang bekerja sebagai penjaga penjara.
Mantan penembak jitu Angkatan Darat AS itu baru-baru ini merilis buku berjudul “White Robes and Broken Badges”, yang merinci pengalamannya tersebut. Menurut dia, Pemilu mendatang diliputi kekhawatiran yang tebal akan aksi kelompok sayap kanan dan supremasi kulit putih.
Sebuah survei Reuters/Ipsos pada Mei 2024 melaporkan bahwa dua dari tiga orang Amerika mengatakan mereka khawatir bahwa kekerasan politik bisa terjadi setelah Pemilu 5 November. “Saya pikir ini relevan kapan pun dalam sejarah bangsa kita, bukan hanya Pemilu kali ini,” kata Moore. Ideologi sayap kanan, menurutnya, memiliki dua asal usul. “Satu berasal dari geografis, di mana Anda dibesarkan di daerah tempat ideologi tersebut menjadi bagian dari sistem kepercayaan. Yang kedua adalah asal-usul generasional di mana itu diwariskan.”
Moore menceritakan bagaimana dia, yang tinggal di dekat Gainesville pada 2010-an, terlibat dengan kelompok supremasi kulit putih (White Supremacists) di Florida. Posisinya kemudian naik ke Grand Knighthawk, pejabat keamanan Klan. Ia pernah menggagalkan rencana para Klansmen—rata-rata para penjaga penjara AS-– untuk membunuh mantan narapidana kulit hitam. Ia juga berperan kuat dalam menjatuhkan dua tokoh utama KKK, Grand Dragon Jamie Ward dan Exalted Cyclops Charles Newcomb.
“Dalam tur pertama saya di dalam Ku klux Klan (KKK)-– kelompok teroris domestik pertama di AS yang didirikan lebih dari 150 tahun lalu-– saya menggagalkan rencana untuk membunuh kandidat Barack Obama saat itu. Saya menyaksikan Klan menggunakan pemilihan sebagai seruan dan alat rekrutmen yang memicu badai besar dalam sayap kanan nasionalis kulit putih,” tulis Moore dalam bukunya.
Moore sempat bertugas lama di negara-negara otoriter. Dan menurut dia, “Tidak ada yang saya saksikan di sana yang menakutkan saya sebanyak apa yang kita hadapi di halaman rumah kita sendiri saat ini. Haruskah kita takut? Dengan pemilu 2024 yang semakin dekat, dan demokrasi yang dipertaruhkan, jawabannya adalah ya, kita harus sangat takut.”
Moore sempat menggambarkan pertemuannya dengan pemimpin Klan regional, atau Grand Dragon, yang tinggal di dekat Rosewood, Florida. Mereka bertemu di lokasi pembantaian rasial yang menewaskan puluhan orang kulit hitam dan menghancurkan kota tersebut pada tahun 1923. “Setelah bermalam di rumah Grand Dragon, saya berjalan ke sisa-sisa Rosewood dan menyadari bahwa saya memiliki kekuatan untuk menghentikan Rosewood berikutnya,” katanya.
Buku Moore ini diberi kata pengantar oleh anggota Kongres dari Partai Demokrat, Jamie Raskin. Dalam bukunya sendiri, Raskin menggambarkan bagaimana KKK tetap menjadi “Titik masuk utama dan kekuatan pengorganisasian penting bagi nasionalisme kulit putih yang penuh kekerasan di Amerika.”
Moore mengatakan di Florida sulit menemukan orang yang tepat untuk melaporkan apa yang sesungguhnya tengah terjadi. Para pejabat di sana, menurutnya, tidak ingin mendengar pesan tentang infiltrasi KKK ke lingkaran para penegak hukum.
Bagi dia, KKK mungkin tidak sekuat dulu. Tetapi organisasi nasionalis kulit putih lainnya mengambil alih pesan dan keanggotaan mereka, termasuk kelompok milisi dan gerakan seperti Oath Keepers dan Three Percenters. Moore memperkirakan bahwa pada 2014, sepertiga dari semua anggota Klan juga menjadi anggota organisasi serupa lainnya.
Moore menyimpulkan bahwa supremasi kulit putih telah berpindah ke utara AS, bergabung dengan kelompok-kelompok serupa yang sudah ada di sana. Mereka membawa serta asal-usul generasional rasisme untuk menumbuhkan kebencian di berbagai daerah.
“White Robes” ditulis bersama Jon Land, penulis novel thriller, “ dan sejumlah novel misteri-suspense lainnya. Moore menekankan, organisasi kriminal ingin mendapatkan akses ke kekuatan polisi, baik itu di penjara, polisi lokal, atau polisi negara bagian. Tujuan KKK, katanya, “Bukan untuk mengontrol lingkungan mereka demi uang, tetapi untuk mewujudkan ideologi yang akan menciptakan pemerintahan atau sistem baru.”
Ancaman itu, menurut Moore, menciptakan siklus ideologi dan kelangsungan hidup yang berkelanjutan, di mana mereka takut kehilangan ideologi mereka. [The Guardian]