Nabi Muhammad SAW merupakan seorang pedagang yang jujur, amanah, dan dapat dipercaya. Bahkan ia juga pengusaha yang sukses dan berniaga hingga ke luar negeri.
Namun kita juga mengetahui bahwa Nabi Muhammad kerap menaruh batu di perutnya untuk mengganjal rasa laparnya. Begitu juga dengan rumah yang ditinggali, Rasulullah memiliki ruangan tidur yang sempit.
Kondisi tersebut dinilai sangat berlawanan atau kontradiksi yang sulit untuk dipahami.
Mengenai hal ini, Ustaz Adi Hidayat (UAH) menjelaskan bahwa Nabi Muhammad adalah pengusaha yang kaya raya ketika usianya baru menginjak 25 tahun. Bahkan Nabi SAW selalu berkurban rata-rata 100 ekor unta.
Direktur Quantum Akhyar Institute ini juga juga tidak menampik ruangan tidur Rasulullah yang sangat sempit. Menurutnya hal tersebut menggambarkan beliau tidak hidup secara berlebih-lebihan.
“Dalam sebuah hadist, ketika Aisyah (istrinya) tertidur lalu tangannya bergerak, terkena kaki suaminya. Itu tandanya ruangannya sempit. Bayangkan, selonjoran saja terkena kaki suaminya. Dan tidak mungkin tangan terkena kaki kalau tidak tidurnya tanpa alas. Kalau pakai kasur seperti sekarang, kenanya pasti pahanya,” kata UAH.
Meski alas tidurnya begitu sederhana dan ruangannya begitu sempit, namun Nabi SAW masih bisa berkurban sampai 100 ekor. Lalu, muncul pertanyaan, Nabi Muhammad kaya atau miskin?
“Kalau disebut paling kaya, karena sedekahnya paling banyak. Disebut miskin? Miskin, karena tempat istirahatnya begitu sempit. Ternyata dia miskin urusan dunia, tapi kaya urusan akhirat,” ujarnya.
UAH menegaskan Nabi Muhammad itu kaya dalam urusan ibadah tapi selalu fakir dalam urusan dunia. Ini tergambar dari kamarnya yang sempit, namun tidak pernah ditinggalkan untuk beribadah.
“Tempatnya sempit tapi ibadahnya kaya. Tempat cuma satu petakan, tapi bisa (salat) Tahajud sampai kaki bengkak,” tandasnya.