Produksi Anjlok, Bahlil Dibikin Pusing Impor Minyak Nyaris 300 Juta Barel/Tahun


Kebutuhan bahan bakar minyak di dalam negeri, ternyata luar biasa besarnya.  Celakanya, produksi riil atau lifting minyak dan gas bumi (migas), sangat rendah. Mau tak mau impor BBM menjadi besar.

Berapa importasi BBM? Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia langsung menyebut 297 juta barel dalam setahun. “Menguras devisa Rp396 triliun pada 2023. Indonesia impor minyak berbentuk minyak mentah (crude) dan minyak jadi berupa BBM,” kata dia, Jakarta, Rabu (28/8/2024).

Impor minyak Indonesia, menurut Bahlil, lebih tinggi ketimbang produksi minyak dalam negeri. “Produksi minyak Indonesia 221 juta barrel dalam setahun. Impor kita 297 juta barrel, terdiri dari 129 juta barel dalam bentuk minyak mentah dan 168 juta barrel dalam bentuk BBM,” ujar Bahlil.

Menurutnya angka impor yang melejit tersebut untuk memenuhi kebutuhan konsumsi BBM nasional tahun lalu yang mencapai sekitar 505 juta barrel.

Konsumsi itu terbagi dalam beberapa sektor, di antaranya sektor tranportasi yang mengonsumsi BBM sebesar 248 juta barrel atau 49 persen, disusul oleh sektor industri sebesar 171 juta barrel atau 34 persen, sektor ketenagalistrikan yang menyedot 38,5 juta barrel atau 8 persen, serta sektor aviasi yang mengonsumsi BBM sebanyak 28,5 juta barrel atau 6 persen.

“Besarnya impor minyak untuk konsumsi berbagai sektor tersebut, menguras devisa negara pada tahun lalu mencapai di angka Rp 396 triliun,” ucap dia.

Saat ini, kata Bahlil, pemerintah sedang menyusun strategi agar impor BBM bisa ditekan. Sedangkan opsi menurunkan konsumsi minyak, bukanlah yang realistis. Sebab kebutuhan energi akan terus meningkat, seiring bertumbuhnya perekonomian.

Strategi pertama pemerintah yakni optimalisasi produksi minyak bumi dengan memanfaatkan teknologi yang canggih.  Di lapangan minyak Banyu Urip yang dikerjakan oleh ExxonMobil produksinya meningkat dari sekitar 90.000-100.000 barrel per hari, kini dengan memanfaatkan teknologi produksinya 140.000-160.000 barrel per hari.  “Strategi kedua adalah dengan melakukan reaktivasi sumur-sumur yang idle,” kata Bahlil.

Ia menjelaskan, dari total 44.985 sumur yang ada di Indonesia, terdapat 16.990 sumur yang masuk kriteria idle well, atau sumur migas yang tidak aktif lebih dari enam bulan.

Namun, tidak semua memiliki potensi untuk direaktivikasi karena sesuatu dan lain hal, seperti tidak adanya potensi subsurface, keekonomian yang tidak terpenuhi karena high cost rectivation dan harga minyak mentah dunia pada saat itu, serta faktor health, security, and environment (HSE) dan non teknikal lainnya.

Sementara strategi ketiga adalah dengan melakukan eksplorasi migas, khususnya di wilayah Indonesia Timur. Sebab, di sana terdapat potensi penemuan-penemuan cadangan baru, sehingga pemerintah akan mendorong percepatan melalui skema kerja sama dan insentif yang lebih menarik.

“Fokus area kita sekarang itu adalah di daerah-daerah wilayah timur. Nah, status area saat ini, ada beberapa blok yang potensinya bagus. Seperti di Seram, Buton, di Laut Aru-Arafura, Warim, dan Timor,” pungkas Bahlil.