Prof Sri Vs Sri Mulyani: Adu Data Utang Pemerintahan Jokowi Tembus Rp8.500 Triliun


Tak memanggul kepentingan politik apapun, Guru Besar Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, Prof Sri Herianingrum mengkritik utang pemerintahan Jokowi yang menggunung hingga Rp8.502,7 triliun sudah kebablasan.

Khususnya pada Juli 2024, Prof Sri merasa miris dengan adanya penmabhan utang sebesar Rp266,3 triliun.Atau naik 36 persen jika dibandingkan tahun lalu sebesar Rp195 triliun.

Menurut dia, posisi utang pemerintahan Jokowi pada saat ini, sudah masuk lampu kuning bagi perekonomian di Indonesia.

“Jumlah utang yang terus meningkat, jika tidak diimbangi dengan pengelolaan yang baik, bisa menjadi beban besar bagi pemerintah selanjutnya,” kata Prof Sri, dikutip Jumat (30/8/2024).

Utang, kata dia, memang tidak dilarang. karena bisa menjadi modal untuk memajukan perekonomian. Namun, utang harus dikelola dengan baik. Jika tidak maka akan menambah beban bagi pemerintahan selanjutnya.

“Utang memang bisa digunakan untuk mendukung perekonomian, tapi jika jumlahnya melebihi batas yang aman, akan ada risiko besar,” jelas Prof Sri.

Dia pun menyoroti risiko kenaikan utang yang harus ditanggung pemerintahan baru yang diresmikan pada 20 Otkber nanti. Artinya, utang memiliki risiko jangka panjang yang cukup mengerikan.

“Pemerintah harus memiliki strategi pengelolaan utang yang jelas untuk memastikan utang tidak menjadi beban di masa depan. Diversifikasi instrumen utang dan pengelolaan risiko yang baik sangat penting untuk menjaga stabilitas ekonomi,” tambahnya.

Lebih lanjut, Sri mengingatkan bahwa pengelolaan utang yang buruk dapat memberi reputasi negatif bagi Indonesia. Terutama dalam daya saing Indonesia dengan negara lain.

“Terlalu banyak utang bisa memberikan sinyal negatif bagi investor internasional. Meskipun cadangan devisa dan aktivitas internasional bisa meningkat, reputasi perekonomian yang terlalu bergantung pada utang tentu tidak baik,” katanya.

Prof Sri yang saat ini mengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unair, bukan kader parpol. Dia adalah ekonom biasa yang punya pandangan yang berbasiskan data akal sehat.

Pernyataan Prof Sri ini membantah asumsi Menkeu Sri Mulyani yang menuding pengkritik utang bermotif politik.

“Masyarakat Indonesia terbiasa terus-menerus melihat utang itu lebih pada nominalnya. Ya memang ada distorsi dari sisi political perspektif versus dari sisi teknokrasi pengelolaan utang Indonesia,” kata Sri Mulyani, Jakarta, dikutip Jumat (30/8/2024).

Apakah pandangan kritis Prof Sri tentang utang rezim Jokowi yang kenaikannya luar biasa, salah? Bahkan dicurigai bermotif politik? Lalu, bagaimana dengan ekonom lain yang punya pandangan sama. Jumlah mereka cukup banyak.

Agak sulit diterima akal tudingan Sri Mulyani itu. Bahwa kritik soal utang bernuansa politik. Dicurigai mendegradasi Sri Mulyani. Tak perlu cemas apalagi panas kuping, kalau sudah waktunya pasti terdegradasi bu.