Terkait deflasi 4 bulan berturut-turut sejak Mei hingga Agustus 2024 yang mencerminkan pelemahan daya beli. diprediksikan berlanjut hingga September. Pemicunya, jumlah kelas menengah yang semakin tergerus.
“Deflasi masih akan berlanjut sampai bulan September. Rendahnya dorongan inflasi sisi permintaan, ditambah melandainya harga pangan menjadi penyebab utama deflasi. Kelas menengah yang jumlahnya menyusut membuat demand pull inflation mengecil,” papar Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, Jakarta, Senin (2/9/2024).
Dia bilang, deflasi yang saat ini berlangsung sejak Mei hingga Agustus 2024, bukan indikator perekonomian yang baik di Indonesia yang memiliki 47,8 juta orang kelas menengah.
“Negara berkembang yang alami deflasi menunjukkan kondisi konsumsi rumah tangganya melemah. Deflasi menjadi sinyal ekonomi sulit tumbuh di atas 5 persen,” ungkapnya.
Ke depan, kata Bhima, pemerintah perlu memperhatikan risiko pembalikan arah inflasi jika pembatasan BBM bersubsidi dilakukan secara ketat mulai Oktober 2024. “Artinya, mitigasi inflasi yang lebih tinggi dari sisi harga diatur pemerintah, perlu tercermin dari perluasan dana bansos ke kelas menengah rentan,” kata Bhima.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan adanya deflasi selama 4 bulan berturut-turut, sejak Mei hingga Agustus 2024. Angkanya secara berurutan adalah 0,03 persen, 0,08 persen, 0,18 persen dan 0,03 persen.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengatakan, deflasi pada Agustus 2024 sebesar 0,03 persen secara bulanan (month-to-month/mtm), sejalan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,09 pada Juli 2024, menjadi 106,06 pada Agustus 2024.
“Deflasi Agustus 2024 ini lebih rendah dibandingkan Juli 2024 dan merupakan deflasi keempat pada 2024,” ungkapnya dalam konferensi pers, Jakarta, Senin (2/9/2024).
Membandingkan dengan deflasi yang terjadi pada Juli 2024, tercatat menjadi deflasi terdalam yang mencapai 0,18 persen (month to month/mtm). Fenomena deflasi secara beruntun itu bukan hal baru.
Menurut Pudji, kondisi serupa pernah terjadi setelah krisis finansial di Asia, sehingga Indonesia mengalami deflasi 7 bulan berturut-turut dari Maret sampai September 1999.