Suporter klub sepak bola Persija Jakarta atau lebih dikenal dengan nama Jakmania punya ceruk suara bagi tiga pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta.
Diperkirakan, setidaknya Jakmania memiliki anggota lebih dari 80 ribu orang yang terdaftar di 83 koordinator wilayah (korwil) dan 7 Biro resmi.
Kecil memang jika dibandingan dengan daftar pemilih tetap (DPT) Jakarta sebanyak 8.252.987 orang, merujuk pada data KPU yang dirilis akhir 2023. Tapi jangan disepelekan, karena secara historis pendukung Macan Kemayoran ini terbilang militan dan melek isu soal kesejahteraan klub kebanggaannya.
Jika para Jakmania sudah meyakini salah satu kandidat pemimpin bisa mengangkat kesejahteraan, bukan mustahil mereka akan bergerilya menggaet suara. Tidak percaya? Mari kita buat hitung-hitungan kasar.
Misal satu orang Jakmania memiliki dua anggota keluarga dan bisa dipengaruhi hak pilihnya ke salah satu paslon, maka setidaknya dari total anggota resminya saja bisa meraup 240 ribu suara.
Ini belum termasuk dengan anggota Jakmania yang tidak terdaftar atau yang lebih dikenal dengan istilah Rojali (Rombongan The Jak Liar). Apabila kelompok Rojali ini memiliki jumlah setengah dari anggota resmi, bukan tidak mungkin mereka bisa menambahkan sekitar 120 ribu suara, menggunakan cara hitung sebelumnya. Bila ditotal ada sekitar 360 ribu suara, mendekati 5 persen dari total DPT Jakarta.
Pramono Anung-Rano Karno, Ridwan Kamil-Suswono, dan Dharma Pongrekun-Kun Wardhana tahu akan hal itu. Mereka kini mulai tancap gas tebar gagasan meski periode kampanye belum dimulai.

Mari mulai dari pasangan independen Dharma-Kun. Pada 9 Agustus lalu, secara lantang Dharma Pongrekun menggagas penggratisan akses ke Jakarta International Stadium (JIS) hingga membebaskan biaya sewa penggunaan khusus untuk Persija.
“Kami akan mengkaji bagaimana baiknya agar JIS bisa dinikmati oleh penggemar Persija, khususnya sahabat-sahabat saya dari Jakmania, kalau memang memungkinkan anggaran ada maka kalau perlu kita gratiskan,” kata dia.
Gagasan Dharma Pongrekun buru-buru direspons pasangan Pramono Anung-Rano Karno yang menyebut usulan itu tak masuk akal. Sebab, sulit untuk pemerintah daerah membiayai operasional stadion terus-menerus.
Pasangan Pramono-Rano malah menggagas relokasi pusat pelatihan klub sementara yang kini berada di Depok ke Jakarta secara permanen.
“Saya ditanya apakah mungkin JIS digratiskan? Saya bilang tidak mungkin, itu enggak make sense. Artinya JIS itu harus ada biaya operasional,” ujar Rano.

Sementara itu, mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil belum secara gamblang mengutarakan janjinya untuk Persija, tapi soal kesejahteraan klub, sudah tipis-tipis ia singgung.
“Kita maksimalkan apalagi dengan brand dan klub Persija, dengan Jakmanianya yang luar biasa, tentu kita akan dukung sebagai kewajiban pemimpin,” ucapnya.
Ridwan Kamil tampaknya harus berhati-hati soal idenya menyenangkan Persija dan Jakmania lantaran dirinya kuat diasosiasikan sebagai Bobotoh atau pendukung klub sepak bola Persib, rival abadi Persija.
“Karena kami memang percaya, suporter sepakbola enggak bisa dengan mudah ganti klub bola kecintaan,” kata Ketua Umum Jakmania Diky Soemarno seperti dikutip dari siniar Forum Keadilan TV yang tayang baru-baru ini.
Apalagi, kadung image buruk terpatri di benak kebanyakan Jakmania. Mereka sempat sakit hati dengan kelakuan istri Ridwan Kamil, Atalia Praratya di masa lalu.

Ada sikap yang pernah sedikit merendahkan ke salah satu pemain Persija. Atalia pernah jadi buah bibir di X (Twitter) usai laga tunda Liga 1 2022/2023 antara Persib vs Persija, Rabu, 11 Januari 2023.
Atalia berswafoto sambil memegang sebuah gambar salah satu pemain Persija, Riko Simanjuntak. Terlihat, Atalia menirukan gaya ‘manyun’ pada foto Riko Simanjuntak itu.
Kendati demikian, Diky tetap terbuka dengan ketiga pasangan calon gubernur Jakarta untuk berbicara mengenai masa depan Jakmania dan Persija.
Baginya, siapapun kandidat gubernur Jakarta yang menang Pilkada 2024, harus sungguh-sungguh membenahi Jakmania maupun Persija Jakarta agar semakin baik.
“Justru saya mau ngajak mereka untuk ngobrol bareng, kira-kira mau ngapain nih sepak bola Jakarta mau seperti apa. Apa mau seperti Madrid, PSG atau AC Milan, kita enggak ada yang tahu, bahwa potensial sepak bola di Jakarta sangat amat besar, Kalau enggak besar, pasti enggak mungkin banyak yang enggak mau memanfaatkan sepak bola lah,” ujar dia.