Israel Gunakan Strategi ‘Memotong Rumput’ Gaza di Tepi Barat?


Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant pada Rabu (4/9/2024) mengungkap strategi militer Israel ‘memotong rumput’ dalam operasi terbaru di Tepi Barat. Wilayah di Palestina itu telah menghadapi salah satu serangan terbesarnya dalam dua dekade.

Jenin, Tulkarem, dan kamp Far’a, dekat Tubas, telah menjadi fokus serangan militer Israel yang bertujuan untuk ‘membubarkan’ faksi bersenjata Palestina di Tepi Barat utara. Lima orang tewas akibat serangan Israel pada Kamis (5/4/2024) pagi di Tubas, serangan terbaru dalam seminggu, sehingga total korban tewas menjadi 35 orang.

Kekhawatiran akan meningkatnya kekerasan telah menyebabkan puluhan keluarga terpaksa meninggalkan rumah mereka di Jenin, media lokal melaporkan. Sementara jalan-jalan dan toko-toko telah dihancurkan oleh buldoser Israel sehingga akses terhadap listrik dan air pun terhambat.

Warga pada hari Rabu melakukan pemakaman seorang gadis Palestina berusia 16 tahun yang ditembak dan dibunuh oleh pasukan Israel saat menengok di jendela di dalam rumahnya di Kafr Dan, tepat di luar Jenin. Seorang warga Palestina mengatakan kepada AFP bahwa dia tidak dapat meninggalkan rumahnya selama delapan hari karena serangan di Jenin, dan menambahkan bahwa banyak penduduk telah mengungsi,

Kamp tersebut telah menghadapi serangan Israel selama bertahun-tahun untuk mencari pejuang, termasuk dari Jihad Islam. Serangan Israel biasanya menyebabkan kamp-kamp diserbu oleh kendaraan militer atau terkena serangan udara, serta pencarian pasukan yang brutal untuk menahan penduduk. Bangunan dan jalan sering dihancurkan oleh buldoser Israel, sehingga kamp-kamp tersebut membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk pulih.

Bentrokan meningkat di Tepi Barat sejak pecahnya perang Gaza pada 7 Oktober di mana pasukan atau pemukim Israel menewaskan sedikitnya 661 warga Palestina, menurut kementerian kesehatan.

Berbicara setelah pertemuan dengan para pejabat, Gallant mengklaim bahwa “bangkitnya teror” di Tepi Barat telah memicu serangan militer yang dimulai pada tanggal 28 Agustus, menurut media Israel. “Prosesnya adalah serangan untuk mencegah teror. Kami sedang memangkas rumput, [tetapi] akan tiba saatnya kami akan mencabut akar-akarnya, itu harus dilakukan,” katanya.

Arti Kata Frasa ‘Memotong Rumput’

Penggunaan frasa ‘memotong rumput’ oleh Gallant mengingatkan pada operasi militer Israel sebelumnya di Gaza, yang telah menghadapi lima serangan besar sejak tahun 2008. Frasa “memotong rumput” yang digunakan oleh para pemimpin militer negara tersebut mengacu pada strategi untuk mengurangi kemampuan tempur Hamas.

Melalui operasi pendek berskala besar yang dilakukan secara berkala, Israel berharap moral dan kekuatan pejuang perlawanan akan melemah. Berdasarkan strategi tersebut, Israel akan menargetkan para komandan dan menghancurkan pasokan senjata dengan keyakinan bahwa serangan tersebut berfungsi sebagai pencegah sementara untuk melemahkan kelompok tersebut dalam waktu terbatas.

Politikus sayap kanan dan mantan Perdana Menteri Naftali Bennett juga menggunakan frasa tersebut pada tahun 2018 untuk merujuk pada perlawanan terhadap kelompok bersenjata Palestina di Tepi Barat, dengan mengatakan, “Dia yang tidak memotong rumput, rumput akan memotongnya”.

Frasa ini diciptakan oleh jurnalis Israel Efraim Inbar dan Eitan Shami dalam artikel The Jerusalem Post pada tahun 2014 untuk menggambarkan serangan Israel di Gaza. “Israel bertindak untuk menghukum Hamas secara keras atas perilaku agresifnya dan melemahkan kemampuan militernya – dengan tujuan mencapai masa tenang,” tulis artikel tersebut.

Frasa ‘memotong rumput’ juga bisa menyiratkan militan Palestina di Jalur Gaza dan pasokan senjata rakitan yang sederhana namun efektif ibarat rumput liar yang perlu dipangkas.

Namun, komentar Gallant minggu ini lebih jauh lagi dengan memperingatkan akan datangnya masa ketika “kami akan mencabut akar-akarnya”, yang mengisyaratkan kemungkinan terjadinya operasi militer yang lebih besar di Tepi Barat.

Serangan semacam itu akan mengancam keselamatan 3 juta warga Palestina yang tinggal di sana, yang sudah berada dalam bahaya besar akibat serangan pemukim Israel dan perampasan tanah yang dipimpin pemerintah.

Anggota sayap kanan pemerintah Israel telah secara terbuka menyatakan keinginan mereka untuk mendirikan kedaulatan penuh Israel di Tepi Barat, meskipun hal itu merupakan pelanggaran hukum internasional.

Perdana Menteri Otoritas Palestina Mohammed Mustafa minggu ini mengatakan bahwa hancurnya kota-kota akibat serangan Israel mungkin merupakan yang terburuk dalam lebih dari 20 tahun.