5 Kontroversi Terbesar PON 2024 Aceh-Sumut, Disebut Paling Buruk


Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI 2024 yang tengah diselenggarakan di Aceh dan Sumatera Utara seharusnya menjadi ajang prestisius bagi para atlet dari seluruh Indonesia. 

Namun, sayangnya, berbagai kontroversi mencuat dan mencederai pelaksanaan event ini. Pelatih voli Samsul dari tim Jawa Barat bahkan mengatakan soal fasilitas, bagi mereka Pekan Olahraga Nasional (PON) ini adalah multi event terburuk.

“Tapi kenyataan, ya semua orang bisa melihat bahwa sarana dan prasarana, ya selama PON digelar di Indonesia, mungkin ini yang terburuk,” kata Samsul Jais.

Tak hanya dari fasilitas mulai dari akses venue yang buruk hingga masalah keputusan wasit yang memicu protes. Padahal untuk menyukseskan perhelatan PON 2024 di Aceh, informasinya pemerintah telah menggelontorkan dana sebesar Rp811 miliar. 

Dilansir dari laman Kementerian Keuangan, Selasa (17/9/2024), dana sebesar itu digunakan untuk pembangunan dan renovasi 18 infrastruktur penting di Aceh. Selain menggelontorkan dana ratusan miliar untuk membangun dan merenovasi venue, pemerintah juga mengucurkan dana senilai Rp 516 miliar untuk kepentingan pertandingan PON 2024.

Berikut lima kontroversi terbesar yang mewarnai PON 2024.

1. Akses Venue yang Tidak Layak

Viral Video Venue PON XXI Aceh dan Sumut Berlumpur, Makanan Atlet Basi hingga Fasilitas Tak Memadai. (Foto: Tiktok)
Viral Video Venue PON XXI Aceh dan Sumut Berlumpur, (Foto: Tiktok)

Salah satu keluhan terbesar yang viral di media sosial adalah kondisi akses menuju venue yang tidak memadai. Sejumlah atlet harus melewati jalan berlumpur, kubangan air, bahkan harus melewati area yang belum rampung pembangunannya. Beberapa video yang diunggah di platform seperti X (dulu dikenal sebagai Twitter) dan TikTok menunjukkan atlet yang terperosok di tengah lumpur saat menuju tempat pertandingan. Beberapa bahkan harus menguras air dari arena pertandingan. Kontingen atlet putri dari salah satu provinsi juga dilaporkan harus naik angkot untuk mencapai venue.

Kondisi yang jauh dari kata layak ini jelas mengganggu persiapan para atlet dan merusak citra penyelenggaraan PON yang seharusnya menjadi kebanggaan nasional. Selain akses jalan yang buruk, banyak fasilitas yang masih setengah jadi, membuat para atlet dan ofisial mempertanyakan kesiapan panitia dalam menyelenggarakan acara sebesar PON.

2. Transportasi Atlet yang Tidak Memadai

Masalah transportasi juga menjadi sorotan tajam dalam PON 2024. Banyak atlet dan ofisial yang harus menggunakan transportasi umum, seperti angkot, untuk menuju venue pertandingan. Hal ini menjadi pertanda bahwa panitia kurang matang dalam mempersiapkan layanan transportasi yang memadai bagi para kontingen. Beberapa atlet menyampaikan pengalaman mereka yang terpaksa menggunakan angkutan umum ini melalui media sosial, menambah rentetan kritik terhadap pelaksanaan PON.

Idealnya, para atlet mendapatkan fasilitas transportasi yang disediakan oleh panitia untuk memastikan mereka bisa sampai ke venue tepat waktu dan dalam kondisi siap bertanding. Namun, kenyataannya, mereka harus mencari transportasi sendiri, yang tentu saja mempengaruhi performa mereka di lapangan.

3. Keputusan Wasit Sepak Bola yang Kontroversial

Wasit Eko Agus Sugiharto (kedua kanan) memberikan kartu kuning kepada pesepak bola Sulawesi Tengah Ichansyah (ketiga kiri) saat melawan tim Aceh pada pertandingan babak 8 besar PON XXI Aceh-Sumut 2024 di Stadion H Dimurthala, Banda Aceh, Aceh, Sabtu (14/9/2024).  (Foto: Antara)
Wasit Eko Agus Sugiharto (kedua kanan) memberikan kartu kuning kepada pesepak bola Sulawesi Tengah Ichansyah (ketiga kiri) saat melawan tim Aceh pada pertandingan babak 8 besar PON XXI Aceh-Sumut 2024 di Stadion H Dimurthala, Banda Aceh, Aceh, Sabtu (14/9/2024).  (Foto: Antara)

Kontroversi lain yang mencuat adalah terkait dengan keputusan wasit dalam cabang olahraga sepak bola. Salah satu insiden paling memanas terjadi pada pertandingan antara tim Aceh dan Sulawesi Tengah. Pertandingan perempat final pada 14 September 2024 tersebut dipenuhi ketegangan setelah wasit Eko Agus Sugi Harto memberikan penalti yang dipertanyakan kepada tim Aceh di akhir laga. Keputusan tersebut memicu protes dari pemain Sulteng, karena tayangan ulang menunjukkan tidak ada pelanggaran yang jelas

Keputusan wasit yang dianggap tidak adil oleh salah satu tim menyebabkan protes keras di lapangan. Bahkan, salah satu pemain melakukan tindakan tidak terpuji dengan menyerang wasit karena merasa dirugikan oleh keputusan tersebut.

Insiden ini tidak hanya mencoreng pelaksanaan pertandingan, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran mengenai integritas dan netralitas wasit dalam mengawal jalannya kompetisi. Pihak penyelenggara diharapkan melakukan evaluasi ketat terhadap kinerja wasit untuk mencegah insiden serupa di pertandingan lainnya.

4. Keputusan Wasit di Cabang Tinju

Selain di sepak bola, kontroversi wasit juga terjadi di cabang olahraga tinju. Sejumlah peserta menilai keputusan wasit berat sebelah dan menguntungkan tuan rumah. Petinju Lampung, Rusdianto Suku, mengalami keputusan kontroversial saat melawan Joshua Harianja dari Sumut. 

Meskipun Rusdianto tampak mendominasi dan seharusnya menang KO, wasit justru mengumumkan kemenangan untuk petinju tuan rumah. Keputusan ini menimbulkan kemarahan di kalangan publik dan kritik terhadap ketidaknetralan wasit

Keputusan-keputusan yang dianggap tidak fair ini memicu protes dari sejumlah kontingen, yang merasa bahwa perjuangan atlet mereka di atas ring tidak dihargai dengan adil.

Di cabang olahraga yang sangat bergantung pada keputusan juri dan wasit, transparansi dan keadilan sangatlah penting. Jika tidak, integritas kompetisi bisa dipertanyakan, dan semangat fair play yang seharusnya dijunjung tinggi dalam PON justru tercederai.

5. Masalah Fasilitas dan Akomodasi Atlet

Sajian makan siang yang diprotes kontingen PON Aceh-Sumut di Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, Jumat (13/4/2024). (Foto: Antara)
Sajian makan siang yang diprotes kontingen PON Aceh-Sumut di Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, Jumat (13/4/2024). (Foto: Antara)

Keluhan lain yang tak kalah penting adalah soal fasilitas dan akomodasi yang disediakan untuk para atlet.  Selain isu wasit, terdapat juga keluhan mengenai makanan yang disediakan untuk atlet, yang dianggap tidak sesuai ekspektasi dan tidak memenuhi kebutuhan gizi.

Sejumlah atlet melaporkan bahwa makanan yang mereka terima tidak layak dan jauh dari standar gizi yang diperlukan oleh seorang atlet yang sedang bertanding. Ada laporan bahwa para atlet hanya diberikan roti dan santan kemasan sebagai bagian dari menu makanan mereka. Kondisi ini tentu saja mengganggu persiapan fisik dan mental mereka jelang bertanding.

Fasilitas akomodasi juga menjadi sorotan. Beberapa atlet mengungkapkan bahwa mereka harus tidur di tempat yang sempit dan tidak nyaman, bahkan ada yang harus berbagi kamar dengan beberapa orang. Hal ini menunjukkan kurangnya perhatian panitia terhadap kesejahteraan atlet yang seharusnya mendapatkan fasilitas terbaik selama bertanding.

PON 2024 seharusnya menjadi ajang unjuk gigi para atlet nasional, tetapi berbagai kontroversi yang muncul justru merusak pelaksanaannya. 

Dari akses venue yang buruk, masalah transportasi, hingga keputusan wasit yang kontroversial, semua ini menunjukkan bahwa masih banyak yang perlu dibenahi dalam penyelenggaraan PON. Diharapkan, evaluasi menyeluruh dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas event olahraga nasional ini di masa depan.