Kiai Cholil Nafis: Tidak Ada Paksaan untuk Percaya Keturunan Habaib


Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH M Cholil Nafis, menegaskan bahwa tidak ada paksaan bagi umat Islam untuk mempercayai karamah atau keturunan habaib. Hal ini disampaikan melalui kanal YouTube pribadinya, Cholil Nafis Official, Selasa (17/9/2024). Menurutnya, percaya kepada habaib bukan bagian dari rukun iman sehingga tidak mempengaruhi keislaman seseorang.

“Tidak ada paksaan untuk percaya kepada habaib. Ini bukan rukun iman, jadi tidak membatalkan Islam. Mau percaya, silakan. Tidak percaya, juga silakan. Kita menghormati Rasulullah dan keturunannya, tapi keturunan Nabi bukan berarti lebih mulia dari orang yang bertakwa dan berilmu,” ujar KH Cholil Nafis dalam videonya.

Pengasuh Pesantren Cendekia Amanah Depok Jawa Barat turut menjelaskan bahwa umat Islam perlu bersikap adil dalam menilai karamah dan keturunan habaib. Ada sebagian yang tidak percaya sama sekali terhadap karamah, sementara ada pula yang cenderung berlebihan dan membesar-besarkan karamah. Menurutnya, karamah adalah anugerah yang diberikan oleh Allah, namun tidak dibuat-buat.

“Allah memberikan karamah kepada orang-orang tertentu pada saat yang tepat. Tapi, di sisi lain, ada yang mengeksploitasi karamah. Keduanya harus kita sikapi dengan bijak. Yang penting, keimanan kita kepada Allah dan akhlak yang baik adalah yang utama,” tambahnya.

Rais Syuriah PBNU itu juga mengingatkan bahwa dalam Islam, yang diutamakan adalah ketakwaan, bukan garis keturunan. 

“Tidak ada bedanya antara orang Arab dan non-Arab kecuali ketakwaannya. Yang Allah lihat adalah amal kita, bukan nasab atau keturunan. Jadi, yang bertakwa akan diangkat derajatnya oleh Allah, siapa pun dia,” jelasnya.

Melalui pesannya, ia mengajak umat Islam untuk fokus pada peningkatan ilmu, iman, dan pengamalan ajaran Islam. 

“Kita semua punya kesempatan yang sama untuk meraih surga. Syaratnya adalah iman yang kuat, ilmu yang bermanfaat, dan pengamalan ilmu tersebut,” tutupnya.

Dia mengingatkan bahwa umat Islam harus saling menghormati, baik mereka yang percaya kepada keturunan habaib maupun yang tidak. Yang paling penting adalah menjaga akhlak dan tidak saling mencaci.