Lebanon dihantam rentetan ledakan perangkat elektronik di pekan ini. Pada, Selasa, 17 September 2024, ribuan penyeranta atau pager meledak menewaskan 12 orang dan melukai 2.800 lainnya. Lalu keesokan harinya, Rabu, 18 September 2024, giliran ratusan walkie-talkie yang meledak menewaskan 20 orang dan 450 lainnya terluka.
Kelompok milisi di Lebanon, Hizbullah, menuding Israel sebagai otak dari rangkaian insiden maut tersebut. Sumber Reuters menyebutkan intelijen Unit 8200 terlibat. Sayangnya, pejabat Israel bungkam terkait hal ini.
Siapakah intelijen Unit 8200?
Militer Israel (IDF) memiliki tiga lembaga intelijen: Mossad (yang mengurusi intelijen luar negeri), Shin Bet (intelijen dalam negeri), dan Aman (intelijen militer). Nah, Unit 8200 berada di bawah naungan Aman.
Unit 8200 ini, menurut sumber Reuters, menguji bagaimana mereka bisa memasukkan bahan peledak dalam proses manufaktur. Disebut-sebut ini memakan waktu lebih dari setahun.
Kepada Reuters, IDF menolak berkomentar terkait hal tersebut.
Yossi Kuperwasser, mantan pejabat intelijen militer IDF yang kini menjadi Direktur Riset di Forum Pertahanan dan Keamanan Israel, mengaku belum mendapatkan konfirmasi bahwa Unit 8200 –atau dikenal dengan sebutan ‘Shmone Matayim’ dalam bahasa Ibrani– terlibat.
Menurut Kuperwasser, Unit 8200 berisi personel terbaik, mengoperasikan alat-alat penyadap, bahkan sering disamakan dengan National Security Agency (NSA) –lembaga intelijen AS yang bertugas menganalisis komunikasi elektronik di seluruh dunia untuk tujuan keamanan nasional.
“Tantangan yang mereka (Unit 8200) hadapi amat berat, tuntutannya juga tinggi,” kata Kuperwasser.
Unit 8200-lah yang menjalankan sistem pertahanan dini Israel, maka unit ini pula yang disalahkan atas serangan Hamas 7 Oktober 2023 yang menjebol pertahanan Israel selatan. Komandan Unit 8200 pun mundur.