Laporan terbaru dari akun pemantau keamanan siber FalconFeeds mengungkapkan lonjakan signifikan serangan siber di kawasan ASEAN sepanjang tahun 2024, dengan Indonesia menjadi negara paling terdampak.
Antara Januari hingga Agustus 2024, tercatat ada 1.594 serangan siber yang menghantam berbagai sektor vital di wilayah ini. Indonesia mengalami serangan paling parah, mengungkapkan celah besar dalam infrastruktur digital yang rentan terhadap ancaman siber.
Menurut data dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Indonesia mengalami peningkatan jumlah serangan siber secara eksponensial setiap tahunnya. Pada 2022, BSSN mencatat lebih dari 850 juta serangan siber di Indonesia.
Namun, lonjakan serangan pada 2024 ini menandai eskalasi ancaman, khususnya dengan meningkatnya serangan Distributed Denial of Service (DDoS), pencurian data, dan perusakan situs web (defacement).
Fakta Kunci dari Laporan FalconFeeds.io:
1. Jumlah Serangan yang Meningkat
– Dari 1.594 serangan yang terjadi di ASEAN, Indonesia tercatat mengalami lebih dari 800 serangan langsung. Jumlah ini hampir setengah dari total serangan di kawasan, menempatkan Indonesia sebagai target utama.
2. Sektor Paling Rentan
– Pemerintah, institusi pendidikan, dan media menjadi sektor yang paling rentan, dengan pemerintah menerima 35% dari total serangan. Lembaga pendidikan berada di peringkat kedua dengan 25%, sementara media dan institusi swasta lainnya mengalami serangan sebesar 20%.
3. Jenis Serangan
– Serangan DDoS mendominasi, menghentikan layanan kritis yang digunakan oleh masyarakat luas. Beberapa serangan besar menargetkan sektor keuangan dan transportasi, menyebabkan gangguan signifikan pada layanan publik. Kebocoran data juga melibatkan informasi rahasia jutaan warga Indonesia, termasuk data perbankan dan informasi sensitif lainnya.
4. Kebocoran Data yang Membahayakan
– Pada kuartal kedua tahun 2024, sebuah insiden besar di sektor pajak melibatkan kebocoran data 6 juta Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Kebocoran ini memperparah situasi, mencerminkan lemahnya tata kelola data di berbagai lembaga pemerintahan dan sektor swasta.
5. Dampak Ekonomi
– Laporan dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) memperkirakan bahwa serangan siber menyebabkan kerugian ekonomi global hingga USD 600 miliar setiap tahun. Bagi Indonesia, kerugian diperkirakan mencapai Rp 17 triliun pada 2023, dan jumlah ini diproyeksikan meningkat pada 2024 seiring dengan frekuensi serangan yang bertambah.
Kebutuhan Mendesak Meningkatkan Pertahanan Siber
Penjahat siber semakin canggih, dan serangan-serangan ini menunjukkan bahwa tidak ada sektor yang aman dari ancaman ini. Serangan DDoS yang berhasil menghentikan layanan esensial dan kebocoran data yang membocorkan jutaan informasi pribadi memperlihatkan betapa rapuhnya sistem pertahanan digital negara. Dalam laporan yang sama, FalconFeeds.io menggarisbawahi pentingnya penguatan sistem keamanan siber, terutama untuk sektor-sektor vital seperti transportasi, energi, dan keuangan.
Pengamat keamanan siber dari CISSReC, Dr. Pratama Persadha, menekankan bahwa Indonesia perlu segera memperkuat infrastruktur digital dan melatih sumber daya manusia yang mampu menghadapi ancaman ini. “Kejahatan siber tidak hanya mempengaruhi sektor ekonomi, tetapi juga mengancam stabilitas nasional dan kepercayaan publik terhadap pemerintah,” ujarnya.
Upaya Pemerintah untuk Menangkal Serangan
Pada 2024, pemerintah Indonesia mengeluarkan sejumlah kebijakan untuk memperkuat keamanan siber, termasuk meningkatkan anggaran pertahanan siber dan mempercepat pembentukan tim respons insiden di berbagai kementerian. Namun, tantangan utama yang dihadapi adalah kurangnya koordinasi antara lembaga-lembaga tersebut serta kurangnya pelatihan sumber daya manusia yang mumpuni dalam bidang keamanan siber.
Dalam rangka memperbaiki keamanan digital, pemerintah juga menggandeng sektor swasta dan komunitas internasional, termasuk bekerja sama dengan ASEAN Cybersecurity Coordinating Center (ACCC) yang berbasis di Singapura. Upaya kolaboratif ini diharapkan dapat meningkatkan kesiapan dan respons Indonesia terhadap ancaman siber.
Masa Depan Keamanan Siber di Indonesia
Dengan serangan yang semakin berkembang, kebutuhan akan strategi keamanan siber yang kuat dan holistik menjadi semakin penting. Laporan FalconFeeds.io menyimpulkan bahwa jika Indonesia tidak segera memperkuat infrastruktur digitalnya, negara ini akan terus menjadi sasaran utama bagi penjahat siber.
Lembaga-lembaga pemerintah dan perusahaan swasta diimbau untuk memperbarui sistem keamanan mereka dan memastikan bahwa data sensitif terlindungi.
Untuk menghadapi gelombang serangan yang terus meningkat, setiap sektor harus berinvestasi dalam keamanan siber, mengembangkan sistem deteksi dini, serta melatih karyawan agar lebih tangguh menghadapi ancaman yang ada.