Amerika Serikat (AS), Prancis, dan sekutu lainnya bersama-sama menyerukan gencatan senjata segera selama 21 hari untuk memungkinkan negosiasi dalam konflik yang meningkat antara Israel dan Hizbullah. Konflik keduanya telah menewaskan lebih dari 600 orang di Lebanon dalam beberapa hari terakhir.
Pernyataan bersama, yang dinegosiasikan di sela-sela Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, menyebutkan pertempuran baru-baru ini tidak dapat ditoleransi dan menimbulkan risiko eskalasi regional lebih luas. Para penandatangan termasuk Amerika Serikat, Australia, Kanada, Uni Eropa, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar.
“Kami menyerukan gencatan senjata segera selama 21 hari di perbatasan Lebanon-Israel untuk memberi ruang bagi diplomasi,” bunyi pernyataan itu. “Kami menyerukan semua pihak, termasuk Pemerintah Israel dan Lebanon, untuk segera mendukung gencatan senjata sementara.”
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noël Barrot mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB selama pertemuan bahwa “kami mengandalkan kedua pihak untuk menerimanya tanpa penundaan.”
Barrot mengatakan Prancis, bekas negara kolonial Lebanon, dan AS telah berkonsultasi dengan kedua belah pihak mengenai “parameter akhir untuk jalan keluar diplomatik dari krisis ini,” seraya menambahkan bahwa “perang bukanlah hal yang tidak dapat dihindari.”
Wakil Duta Besar AS untuk PBB Robert Wood mendorong dewan untuk mendukung upaya diplomatik tetapi tidak memberikan rincian spesifik tentang rencana tersebut. “Kami bekerja sama dengan negara lain untuk mengajukan proposal yang kami harap akan menghasilkan ketenangan dan memungkinkan diskusi untuk mencapai solusi diplomatik,” katanya.
Kemarin, Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan pemerintah AS sangat terlibat dengan sejumlah mitra untuk meredakan ketegangan di Lebanon dan berupaya mencapai kesepakatan gencatan senjata yang akan memberikan banyak manfaat bagi semua pihak.
Menurut pejabat AS, yang berbicara dengan syarat anonim untuk membahas percakapan diplomatik sensitif menyebutkan, Blinken dan penasihat lain untuk Presiden Joe Biden telah menghabiskan tiga hari terakhir pada pertemuan tahunan Majelis Umum PBB di New York untuk melobi negara lain agar mendukung rencana tersebut.
Rakyat Amerika berharap gencatan senjata seperti itu dapat menghasilkan stabilitas jangka panjang di sepanjang perbatasan antara Israel dan Lebanon. Saling tembak antara Israel dan Hizbullah selama berbulan-bulan di perbatasan telah menyebabkan puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka di kedua sisi perbatasan. Peningkatan serangan minggu ini juga telah menyulut kembali ketakutan akan perang yang lebih luas di Timur Tengah.
Penasihat keamanan nasional Biden Jake Sullivan serta penasihat senior Brett McGurk dan Amos Hochstein telah bertemu dengan sekutu Timur Tengah di New York. Mereka juga telah berhubungan dengan pejabat Israel tentang proposal tersebut. McGurk dan Hochstein telah menjadi penghubung utama Gedung Putih dengan Israel dan Lebanon sejak serangan 7 Oktober di Israel oleh Hamas, kelompok militan lain yang didukung Iran.
Seorang pejabat Israel mengatakan Netanyahu telah memberikan lampu hijau untuk mengejar kemungkinan kesepakatan, tetapi hanya jika itu mencakup pengembalian warga sipil Israel ke rumah mereka. Pejabat itu berbicara dengan syarat anonim karena mereka sedang membahas diplomasi di balik layar.
Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati memberikan dukungannya terhadap rencana Prancis-AS yang akan mengakhiri perang kotor ini. Dia meminta Dewan Keamanan untuk menjamin penarikan Israel dari semua wilayah Lebanon dan pelanggaran yang mereka lakukan setiap hari.
Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, mengatakan kepada wartawan di Perserikatan Bangsa-Bangsa bahwa Israel ingin melihat gencatan senjata dan kembalinya orang-orang ke rumah mereka di dekat perbatasan: “Itu akan terjadi, baik setelah perang atau sebelum perang. Kami berharap akan terjadi sebelum perang.”
Berbicara di hadapan Dewan Keamanan, ia tidak menyebutkan negosiasi mengenai gencatan senjata sementara tetapi mengatakan Israel “tidak menginginkan perang skala penuh.”
Baik Danon maupun Mikati menegaskan kembali komitmen pemerintah mereka terhadap resolusi Dewan Keamanan yang mengakhiri perang Israel-Hizbullah tahun 2006 di Lebanon. Resolusi itu tidak pernah sepenuhnya dilaksanakan yakni menyerukan penghentian permusuhan antara Israel dan Hizbullah, penarikan pasukan Israel untuk digantikan pasukan Lebanon dan pasukan penjaga perdamaian PBB, serta pelucutan senjata semua kelompok bersenjata termasuk Hizbullah.
Danon menuntut agar resolusi itu ditegakkan sepenuhnya tanpa penundaan. “Saya membuat pernyataan ini di sini hari ini, untuk menghilangkan keraguan: Tidak akan pernah lagi. Tidak akan pernah lagi orang-orang Yahudi bersembunyi dari monster yang tujuan hidupnya adalah membunuh orang-orang Yahudi.”
Sebelumnya Biden memperingatkan dalam sebuah penampilan pada acara “The View” di ABC bahwa perang habis-habisan mungkin terjadi. Namun ia juga mengungkapkan ada peluang untuk mencapai penyelesaian yang secara fundamental dapat mengubah seluruh wilayah.
Biden menyarankan bahwa membuat Israel dan Hizbullah menyetujui gencatan senjata dapat membantu mencapai penghentian permusuhan antara Israel dan Hamas di Gaza. Perang itu mendekati tanda satu tahun setelah serangan Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober menewaskan sekitar 1.200 orang. Israel menanggapi dengan serangan yang telah menewaskan lebih dari 41.000 warga Palestina, menurut pejabat kesehatan Gaza
“Saya menggunakan setiap energi yang saya miliki dengan tim saya … untuk menyelesaikan ini,” kata Biden. “Ada keinginan untuk melihat perubahan di kawasan ini.”
AS dan mediator internasional lainnya telah mencoba dan gagal selama berbulan-bulan untuk menengahi gencatan senjata di Gaza serta membebaskan sandera yang ditahan oleh Hamas.
Pemerintah AS juga meningkatkan tekanan dengan sanksi tambahan menargetkan lebih dari selusin kapal dan entitas lain yang dituding terlibat dalam pengiriman minyak bumi Iran secara ilegal untuk keuntungan finansial Garda Revolusi Iran dan Hizbullah.
Sementara itu, kepala tentara Israel mengatakan bahwa militer sedang mempersiapkan kemungkinan operasi darat di Lebanon ketika Hizbullah melemparkan lusinan proyektil ke Israel, termasuk rudal menargetkan Tel Aviv yang merupakan serangan terdalam kelompok militan itu.
Blinken telah mendesak Israel dan Hizbullah untuk mundur dari konflik yang semakin memanas, dengan mengatakan bahwa perang habis-habisan akan menjadi bencana bagi kawasan itu. Eskalasi, menurut Biden, bukanlah cara untuk membawa orang-orang kembali ke rumah di perbatasan Israel-Lebanon.
“Itu akan terjadi melalui perjanjian diplomatik dengan menarik pasukan dari perbatasan, menciptakan lingkungan yang aman, dan orang-orang akan kembali ke rumah,” kata Blinken kepada NBC News. “Itulah yang kami tuju karena meskipun ada masalah di sini, kami tidak berpikir bahwa perang adalah solusinya.”