Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dadang Kahmad, menanggapi keluhan Ustaz Adi Hidayat (UAH) yang mengaku sering menjadi korban framing dan hoaks, terutama saat berdakwah. UAH membagikan pengalaman pribadinya ini melalui kanal YouTube-nya Selasa (1/10/2024), di mana ia menyebut dirinya menjadi target framing yang tidak benar, khususnya saat bertausiah di dua kampus Muhammadiyah.
Isu yang menjadi sorotan adalah mengenai hukum musik dan video yang diedit sehingga memotong atau menyembunyikan ayat-ayat tertentu. Dadang menyatakan keprihatinannya terhadap kejadian tersebut, menekankan bahwa informasi yang tidak lengkap dapat menimbulkan kesalahpahaman dan mempengaruhi sikap, ucapan, serta tindakan seseorang.
“Saya setuju dengan UAH, bahwa jangan mudah menyebarkan berita yang belum diverifikasi kebenarannya. Apalagi berita yang tidak lengkap, akan melahirkan salah paham, bahkan akan mengubah sikap, ucapan, maupun tindakan seseorang,” kata Dadang dalam keterangan tertulis kepada Inilah.com, Rabu (2/10/2024).
Meski prihatin, Dadang enggan menuding siapa pun sebagai pelaku yang memotong dan memframing pernyataan UAH saat berdakwah. Ia juga tidak ingin berspekulasi mengenai motif di balik tindakan tersebut, karena menurutnya, motif hanya bisa diketahui dari hati masing-masing orang.
“Saya tidak tahu motif mereka, karena motif itu adanya di hati,” ujarnya.
Dadang menegaskan bahwa Muhammadiyah berkomitmen memerangi berita palsu atau hoaks yang beredar di media sosial.
Sebagai langkah konkret, Muhammadiyah telah mengeluarkan dua panduan terkait penggunaan internet: Fikih Informasi dan Akhlaqul Sosmediyah.
Buku panduan Fikih Informasi merupakan hasil kerja sama antara Majelis Pustaka dan Informasi dengan Majelis Tarjih PP Muhammadiyah.
Sementara itu, Akhlaqul Sosmediyah adalah panduan bagi warga Muhammadiyah untuk memanfaatkan media sosial dengan bijak dan penuh kehati-hatian.
“Kedua panduan tersebut menekankan bahwa setiap warga Muhammadiyah harus berpedoman kepada Al-Quran dan As-Sunnah dalam bermedia sosial,” tutup Dadang.