Prof. Dr. Rose Mini Agoes Salim, M.Psi, Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, menegaskan bahwa hukuman fisik belum tentu efektif untuk semua anak dalam mengubah perilakunya. Menurutnya, banyak orang tua yang menerapkan hukuman fisik, namun tidak menghasilkan perubahan yang signifikan pada anak.
“Banyak orang tua yang memberikan hukuman fisik, namun anak tetap tidak berubah. Itu berarti hukuman ini tidak membuat anak jera atau mengubah perilakunya. Mungkin diperlukan pendekatan lain,” kata psikolog yang akrab disapa Romi ini dalam pernyataan tertulisnya, Jumat (2/10).
Romi menjelaskan bahwa ada berbagai alasan mengapa seorang anak melanggar aturan, seperti kurangnya pemahaman terhadap peraturan, keinginan untuk mencari perhatian, atau karena terpaksa oleh situasi tertentu.
Oleh karena itu, menurutnya, hukuman fisik seperti memukul tidak bisa menjadi satu-satunya cara untuk mengubah perilaku anak.
Dalam proses perubahan perilaku, anak harus diberikan pemahaman tentang konsekuensi dari tindakan yang melanggar aturan serta manfaat dari mengikuti aturan. “Anak perlu tahu alasan di balik aturan dan konsekuensinya, sehingga ia paham apa yang akan terjadi jika ia melanggar,” jelas Romi.
Romi menekankan bahwa pendekatan untuk mengubah perilaku anak perlu melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang disebut dengan teknik “shaping” atau pembentukan perilaku. Proses ini melibatkan pemberian pemahaman kognitif, pengaruh afektif, hingga tindakan psikomotorik agar anak mengerti bahwa perubahan perilaku tersebut untuk kebaikannya.
“Dengan memberikan pemahaman kognitif, melihat dampak emosionalnya, dan memicu perubahan psikomotorik, anak akan lebih mudah menyadari pentingnya perubahan dan mungkin tidak akan mengulangi perilaku buruk lagi,” tambah Romi.
Menurutnya, hukuman fisik atau verbal dapat menimbulkan dampak psikologis yang berbahaya bagi anak. Anak yang terlalu sering diberi hukuman fisik dapat menjadi pemberang atau kasar, baik di rumah maupun di lingkungan luar, serta mengalami penurunan kepercayaan diri dan harga diri (self-esteem).
Romi juga menegaskan bahwa hukuman tidak harus selalu diberikan setiap kali anak berbuat kesalahan. Orang tua dapat memilih untuk berbicara dengan anak, memberikan nasihat dengan nada yang tenang, dan menjelaskan alasan di balik larangan tersebut. Hukuman fisik sebaiknya menjadi langkah terakhir.
“Hindari memberikan hukuman fisik atau verbal karena dapat membuat anak takut dan tertekan. Sebaliknya, ajak anak berbicara dengan cara yang lembut dan jelaskan dampak dari perilakunya. Dengan begitu, perubahan perilaku akan lebih mudah terjadi,” tutup Romi.