Anjloknya jumlah kelas menengah sebanyak 9,5 juta jiwa pada 2024, diduga karena semakin mahalnya bahan pangan, ditambah lagi 53 ribu pekerja terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad mengatakan, penurunan jumlah kelas menengah akibat kenaikan biaya hidup yang semakin mahal. Khususnya pengeluaran untuk makanan.
“Kalau pengeluaran untuk makanan semakin kecil, semakin bagus. Karena kan kalau non-makanan, berarti semakin sejahtera. Kalau kita makanannya lebih banyak berarti kurang sejahtera, kurang lebih gitu ya,” kata Tahid, dikutip Sabtu (5/10/2024).
Dia menyebut, berdasarkan data BPS, pada 2014, pengeluaran untuk makanan pada kelas menengah sekitar 28,48 persen. Tahun ini mengalami kenaikan menjadi hampir 50 persen atau sekitar 41,67 persen.
“Jadi sudah bergeser, kalau makanan kan beras, kemudian lauk-pauk. Artinya orang cenderung mementingkan makanan, artinya kalau mementingkan makanan dia sudah tidak punya sumber penghasilan yang lain,” terang dia.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2019, jumlah kelas menengah di Indonesia mencapai 57,33 juta orang. Atau setara 21,45 persen dari total penduduk. Pada 2024, kelas menengah hanya tersisa 47,85 juta orang, atau setara 17,13 persen.
Artinya, sebanyak 9,48 juta warga kelas menengah yang turun kelas. Karena, data kelompok masyarakat kelas menengah rentan atau aspiring middle class malah naik, dari 2019 hanya sebanyak 128,85 juta, atau 48,20 persen dari total penduduk, menjadi 137,50 juta orang, atau 49,22 persen dari total penduduk.
Pun demikian, jumlah kelompok masyarakat rentan miskin ikut membengkak dari 2019 sebanyak 54,97 juta orang, atau 20,56 persen, menjadi 67,69 juta orang atau 24,23 persen dari total penduduk pada 2024. Artinya, banyak golongan kelas menengah yang turun kelas kedua kelompok itu.
“Bahwa memang kami identifikasi masih ada scarring effect dari Pandemi Covid-19 terhadap ketahanan dari kelas menengah,” ucap Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti.
Selain turun kelas, penduduk kelas menengah di Indonesia juga rentan miskin selama 10 tahun terakhir. Tercermin dari modus pengeluaran penduduk kelas menengah yang cenderung lebih dekat ke batas bawah pengelompokan dan semakin mendekati batas bawahnya.