Puluhan ribu orang turun ke jalan di kota-kota besar di seluruh dunia untuk mengutuk operasi militer Israel di Gaza yang berlangsung hampir satu tahun. Suaranya nyaris seragam yakni berharap dunia bersatu menghentikan aksi genosida Israel.
Di Jakarta, lebih dari 1.000 pengunjuk rasa pro-Palestina berkumpul di luar kedutaan besar Amerika Serikat, menuntut agar Washington, pemasok militer dan sekutu utama Israel, berhenti mengirim senjata ke Israel. “Kami mengimbau hati semua pemimpin dunia untuk bangkit dan bergerak serta membebaskan mereka [Palestina] dari penindasan yang dilakukan oleh Israel,” kata seorang demonstran kepada Al Jazeera.
“Ini bukan lagi masalah agama, tetapi benar-benar masalah kemanusiaan – bukan hanya bagi umat Islam, tetapi semua yang mengaku Muslim,” kata pengunjuk rasa lainnya, sambil menggendong anaknya di pundaknya dan membawa bendera Palestina.
![post-cover](https://i0.wp.com/c.inilah.com/reborn/2024/09/Screenshot_2024_10_06_214737_63b077ad1e.png)
Di Filipina, puluhan aktivis sayap kiri melakukan protes di dekat kedutaan besar AS di Manila, tetapi polisi mencegah mereka mendekati kompleks tepi pantai.
Di Cape Town, Afrika Selatan, ratusan orang berjalan menuju gedung parlemen sambil meneriakkan: “Israel adalah negara rasis!” dan “Kami semua orang Palestina!”. Pawai pro-Gaza juga terjadi di Johannesburg dan Durban.
Di Caracas, ratusan demonstran pro-Palestina berunjuk rasa di luar markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Venezuela, sambil membawa bendera Palestina berukuran raksasa. Mereka menyampaikan petisi kepada PBB yang menyerukan diakhirinya genosida terhadap warga Palestina.
Perang di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023 ketika Hamas melancarkan serangan mendadak terhadap Israel, menewaskan 1.139 orang dan menyandera lebih dari 200 orang, menurut otoritas Israel. Serangan militer Israel berikutnya di Gaza telah menewaskan hampir 42.000 warga Palestina, seperti dilaporkan Kementerian Kesehatan Gaza.
Perang di daerah kantong yang terkepung itu telah menyebabkan hampir seluruh dari 2,3 juta penduduknya mengungsi. Warga telah menjadi korban kelaparan dan penyakit yang meluas, menyebabkan tuduhan genosida terhadap Israel oleh beberapa negara di Mahkamah Kriminal Internasional (ICC).
Polisi Menyerang Pengunjuk Rasa di Roma
Polisi menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan pengunjuk rasa di ibu kota Italia, Roma, saat demonstrasi berubah menjadi kekerasan. Ribuan orang berdemonstrasi dengan damai pada Sabtu (5/10/2024) sore, meneriakkan “Bebaskan Palestina, Bebaskan Lebanon!” Mereka melambaikan bendera Palestina dan membentangkan spanduk yang menyerukan agar konflik segera dihentikan.
Aksi unjuk rasa tersebut berlangsung tenang hingga sekelompok kecil orang mencoba mendorong aksi unjuk rasa ke arah pusat kota, meskipun ada larangan dari otoritas setempat yang menolak mengizinkan protes, dengan alasan masalah keamanan.
Beberapa pengunjuk rasa, berpakaian hitam dan wajah mereka ditutup, melemparkan batu, botol, dan bom kertas ke arah polisi. Petugas pun menanggapinya dengan gas air mata dan meriam air, yang akhirnya membubarkan kerumunan. Setidaknya 30 petugas penegak hukum dan tiga demonstran terluka dalam bentrokan tersebut, media lokal melaporkan.
Hanya Basa-basi
Sekitar 40.000 demonstran pro-Palestina berbaris melalui pusat kota London Sabtu (5/10/2024), salah satu unjuk rasa terbesar dalam setahun. “Sayangnya, terlepas dari semua niat baik kami, pemerintah Israel tidak peduli, dan mereka terus saja melanjutkan kekejaman di Gaza, sekarang juga di Lebanon dan Yaman, dan mungkin juga di Iran,” kata Agnes Kory, seorang pengunjuk rasa di London, kepada kantor berita Reuters. “Dan pemerintah kita, pemerintah Inggris, sayangnya hanya basa-basi saja dan terus memasok senjata ke Israel,” imbuhnya.
Di Dublin, ratusan orang turun ke jalan, melambaikan bendera Palestina dan meneriakkan: “Gencatan senjata sekarang!”
Di Prancis, ribuan orang berbaris di Paris, Lyon, Toulouse, Bordeaux dan Strasbourg untuk menyatakan solidaritas dengan Palestina. Demonstran Lebanon-Prancis Houssam Houssein mengatakan kepada Reuters di Paris bahwa ia khawatir akan terjadinya perang regional, karena saat ini ada ketegangan dengan Iran, dan mungkin dengan Irak dan Yaman. “Kita benar-benar harus menghentikan perang karena sekarang sudah tidak tertahankan lagi,” imbuhnya.
Melaporkan dari lokasi protes di Republique Plaza Paris, Natacha Butler dari Al Jazeera mengatakan para demonstran menyatakan frustrasi karena perang telah berlangsung selama lebih dari setahun dan komunitas internasional sama sekali tidak melakukan apa pun.
“Mereka merasa Prancis tidak melakukan upaya yang cukup untuk melindungi warga sipil dan orang-orang yang benar-benar menderita,” katanya. Sekitar 5.000 orang bergabung dalam protes pro-Palestina di Madrid, membawa spanduk bertuliskan pesan seperti “Boikot Israel!”
Di Washington, lebih dari 1.000 pengunjuk rasa berdemonstrasi di luar Gedung Putih menuntut AS berhenti menyediakan senjata dan bantuan kepada Israel. Seorang pria mencoba membakar dirinya sendiri saat unjuk rasa. Api sempat membakar lengan kirinya sebelum orang-orang yang lewat dan polisi memadamkannya, kantor berita AFP melaporkan.
Di kota Hamburg, Jerman utara, sekitar 950 orang menggelar demonstrasi damai dengan banyak yang mengibarkan bendera Palestina dan Lebanon atau meneriakkan “Hentikan Genosida!” kantor berita DPA melaporkan, mengutip hitungan polisi.
Demonstrasi pro-Palestina di kota Basel, Swiss, menarik beberapa ribu orang, kantor berita Keystone-ATS melaporkan.
Ratusan demonstran pro-Palestina juga berbaris menuju kedutaan Israel di Athena, yang dijaga ketat oleh polisi anti huru hara.
Akan ada lebih banyak lagi aksi unjuk rasa dan acara peringatan dengan menyalakan lilin direncanakan di berbagai kota di Eropa, Afrika, Asia, Australia dan Amerika.