Khawatir Jadi Target Serangan Iran, Negara Arab Janji tak akan Bela Israel


Negara-negara yang tergabung dalam Dewan Kerja Sama Negara Teluk Arab atau Gulf Cooperation Council (GCC) merasa khawatir menjadi target serangan Iran usai Teheran menembakkan 200 rudal balistik hingga hipersonik ke Israel pada 1 Oktober lalu. 

Kekhawatiran itu diutarakan oleh negara-negara tersebut dalam pertemuan di Doha, Qatar, baru-baru ini.

Dalam pertemuan itu, para menteri luar negeri negara Arab berusaha meyakinkan Iran bahwa mereka akan bersikap netral merespons eskalasi antara Teheran dan Israel yang kian memanas belakangan ini.

Salah satu sumber kepada Reuters mengatakan pertemuan yang dihadiri seluruh negara GCC itu fokus membicarakan upaya meredam ketegangan Iran dan Israel yang dikhawatirkan bisa memicu perang yang makin meluas di Timur Tengah.

Negara GCC semakin cemas mereka bisa terdampak eskalasi Iran-Israel setelah sejumlah pejabat Israel mengeklaim Teheran menargetkan fasilitas vital di Timur Tengah, termasuk kilang minyak yang dimiliki beberapa negara di kawasan.

GCC terdiri dari Uni Emirat Arab, Bahrain, Arab Saudi, Oman, Qatar, dan Kuwait.

Sementara itu, Presiden Iran Masoud Pezeshkian yang langsung datang ke pertemuan di Doha tersebut. Dalam pertemuan itu, ia mengatakan bahwa Iran siap untuk merespons dan memperingatkan agar tidak diam menghadapi ‘provokasi perang’ Israel.

“Setiap jenis serangan militer, aksi teroris, atau pelanggaran terhadap garis batas kami akan dihadapi dengan respons tegas oleh angkatan bersenjata kami,” katanya.

Pezeshkian menegaskan serangan Iran ke Israel telah selesai, namun bersumpah bakal melancarkan gempuran lebih besar lagi jika ada provokasi lebih lanjut.

Sejauh ini, Teheran memang belum melayangkan ancaman bakal menargetkan fasilitas minyak negara-negara di Teluk Arab. Namun, Iran telah mewanti-wanti akan menargetkan siapa saja yang membela dan mendukung Israel.

“Negara-negara Teluk Arab berpikir bahwa kemungkinan besar Iran tidak akan menyerang fasilitas minyak mereka, namun Iran memberikan isyarat dari sumber-sumber tidak resmi bahwa mereka mungkin melakukannya. Ini adalah senjata yang dimiliki Iran terhadap AS dan ekonomi global,” kata seorang komentator yang dekat dengan Kerajaan Arab Saudi.

Arab Saudi merupakan eksportir minyak terbesar di Teluk Arab. Negara tersebut memiliki riwayat rivalitas sengit dengan Iran, namun telah melakukan rekonsiliasi politik dengan Teheran dalam beberapa tahun terakhir.

Rekonsilasi Saudi dan Iran ini telah membantu meredakan ketegangan regional, meskipun hubungan antara keduanya masih sulit.

Arab Saudi juga punya riwayat menjadi target serangan dan sabotase Iran. Saudi pun terus waspada terhadap kemungkinan serangan Iran terhadap fasilitas minyaknya sejak peristiwa kilang minyak di Abqaiq pada 2019.

Serangan ke fasilitas minyak Abaiq saat itu mampu menghentikan lebih dari 5 persen pasokan minyak global. Iran membantah terkait serangan tersebut.

“Pesan GCC kepada Iran adalah, ‘tolong redakan ketegangan’,” kata Shihabi.