Kehadiran aplikasi e-commerce asal China, Temu, di Indonesia belakangan ini semakin ramai diperbincangkan. Aplikasi yang dikenal karena menawarkan produk dengan harga yang sangat murah ini bukan hanya menjadi daya tarik bagi konsumen, tetapi juga ancaman serius bagi pelaku usaha kecil di Indonesia, terutama Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Dengan jumlah UMKM yang mencapai lebih dari 66 juta, Indonesia kini menghadapi tantangan besar dalam melindungi pelaku bisnis lokal dari persaingan ketat dengan produk-produk impor murah yang dijual di platform seperti Temu.
Berikut lima alasan mengapa kehadiran Temu dapat mematikan UMKM di Indonesia.
1. Harga Produk yang Jauh Lebih Murah
Salah satu alasan utama mengapa Temu begitu populer di kalangan konsumen adalah karena harga produk yang jauh lebih murah dibandingkan dengan produk yang dijual oleh UMKM lokal. Produk-produk impor yang ditawarkan oleh Temu diproduksi dalam skala besar dan sering kali dengan biaya produksi yang sangat rendah.
Hal ini memungkinkan mereka menjual barang dengan harga yang tidak masuk akal murahnya. Kondisi ini memicu persaingan yang tidak seimbang bagi UMKM lokal yang memproduksi barang dalam jumlah terbatas dan dengan biaya yang lebih tinggi.
2. Ketergantungan pada Produk Impor
Kehadiran Temu yang menawarkan berbagai produk impor juga berpotensi meningkatkan ketergantungan konsumen Indonesia terhadap produk asing. UMKM lokal yang memproduksi barang-barang buatan tangan atau dengan bahan lokal akan kesulitan bersaing dengan produk impor yang diproduksi massal.
Akibatnya, ketergantungan ini bisa membuat konsumen perlahan-lahan meninggalkan produk lokal dan beralih ke produk asing yang lebih murah.
Jika tren ini terus berlanjut, UMKM di Indonesia yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi nasional akan kehilangan daya saing dan sulit bertahan dalam jangka panjang.
3. Persaingan Tidak Seimbang
UMKM di Indonesia harus menghadapi berbagai tantangan seperti regulasi, biaya produksi, hingga keterbatasan akses pasar. Sementara itu, aplikasi seperti Temu, yang mendapatkan dukungan besar dari perusahaan teknologi raksasa China, memiliki sumber daya yang jauh lebih besar untuk memasuki pasar dengan biaya rendah. Ketidaksetaraan ini menciptakan kondisi persaingan yang tidak seimbang antara UMKM dan pemain besar internasional seperti Temu.
Dukungan finansial yang besar memungkinkan platform seperti Temu untuk memberikan diskon besar-besaran, promo gratis ongkir, hingga pengembalian dana yang fleksibel, sesuatu yang sulit dilakukan oleh UMKM dengan modal terbatas.
4. Mengancam Keberlangsungan Pekerjaan di Sektor UMKM
Dengan menyumbang lebih dari 60 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan mempekerjakan sekitar 97 persen dari total tenaga kerja di Indonesia, sektor UMKM memainkan peran penting dalam ekonomi negara.
Namun, jika UMKM kehilangan pangsa pasar karena kehadiran Temu, hal ini bisa berdampak langsung pada pengurangan tenaga kerja di sektor ini. Jika UMKM tidak mampu bertahan, banyak pekerja yang akan kehilangan pekerjaan, dan ini berpotensi meningkatkan angka pengangguran.
5. Minimnya Regulasi yang Melindungi UMKM dari Persaingan Global
Hingga saat ini, regulasi terkait e-commerce dan perlindungan terhadap UMKM di Indonesia masih belum sepenuhnya mengimbangi perkembangan pesat dari platform digital asing seperti Temu. Meskipun ada aturan yang mengatur perdagangan di platform digital, belum ada regulasi yang secara spesifik melindungi UMKM dari persaingan global yang tidak seimbang.
Pemerintah Indonesia khususnya Kementerian Perdagangan dan Kementerian Kominfo perlu segera mengambil langkah untuk mengatasi ancaman ini, misalnya dengan memperketat regulasi terkait e-commerce dan melindungi produk lokal melalui kebijakan perdagangan yang lebih adil. Jika tidak, UMKM Indonesia yang selama ini menjadi motor penggerak ekonomi berisiko tersingkir dari pasar.
Dengan total UMKM yang mencapai 66 juta, Indonesia harus segera menanggapi ancaman yang dibawa oleh platform seperti Temu. Harga murah, ketergantungan pada produk impor, persaingan tidak seimbang, ancaman terhadap lapangan kerja, dan regulasi yang belum memadai adalah beberapa alasan utama mengapa Temu bisa mematikan UMKM di Indonesia. Perlindungan terhadap pelaku usaha kecil harus menjadi prioritas agar ekonomi Indonesia dapat tetap tumbuh secara berkelanjutan di era digital ini.
.
.
Dapatkan Informasi Terupdate dan Paling Menarik Seputar Teknologi di Laman Google News Inilah.com