Dewan Guru Besar UI Bentuk Tim Investigasi, Selidiki Gelar Doktor Bahlil Santai Saja


Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia merespons Dewan Guru Besar Universitas Indonesia (UI) membentuk tim investigasi untuk menyelidiki gelar doktor yang diraihnya.

Kata Bahlil, hal itu merupakan urusan Universitas Indonesia. Dia menuturkan bahwa dirinya telah menjalankan mekanisme yang ada di UI untuk mendapatkan gelar Doktor.

“Itu urusan UI ya. Saya menjalankan studi di UI sesuai dengan aturan dan mekanisme yang ada di UI. Dan di dalam aturan itu, kan minimal 4 semester. Semua tahapan sudah saya lakukan, tidak ada yang saya tidak lakukan,” ujar Bahlil kepada wartawan, di Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta Selatan, Sabtu (19/10/2024).

Bahlil tak mau ambil pusing terkait rencana investigasi tersebut. Dirinya hanya menjalankan apa yang telah ditetapkan di Universitas Indonesia.

“Jadi kalo itu urusan internal, jangan tanya pada ku. Tanya kepada mereka. Saya cuma menjalankan aturan yang ditetapkan di UI,” kata dia.

Sebelumnya, Bahlil yang masih menjabat Menteri ESDM, siap menjalani Sidang Terbuka Promosi Doktor Pascasarjana Kajian Strategik dan Global di Universitas Indonesia (UI), Depok, Rabu (16/10/2024).

Dia akan mempertanggungjawabkan disertasi berjudul ‘Kebijakan, Kelembagaan, dan Tata Kelola Hilirisasi Nikel yang Berkeadilan dan Berkelanjutan di Indonesia’ di Gedung Makara Art Center, UI Depok.

Namun, warganet menyoroti cepatnya Bahlil meraup gelar doktor yang tergolong cepat, yakni kurang dari 2 tahun.

Berdasarkan penelusuran di laman pddikti.kemdikbud.go.id, Bahlil tercatat menjadi mahasiswa S3 di Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia pada 13 Februari 2023.

Hal ini jadi perbincangan di jagat maya. Pengguna X (Twitter) Loid Forger misalnya, mengeluarkan tulisan satire. Dia menyebut Bahlil adalah contoh baik untuk mahasiswa lainnya, karena cetak sejarah.

“Menyala Kakanda Bahlil! Masuk Februari 2023 lalu Oktober 2024 sudah sidang terbuka atau cuma 1.5 tahun sampai menyelesaikan S3. Kakanda Bahlil memang panutan, dia bisa jadi contoh buat adindanya karena bisa lulus paling cepat dalam sejarah Universitas Indonesia,” tulisnya, dikutip Rabu (16/10/2024).

Pengguna lainnya, akun @IbrahumNiar mengunggah utasan di kolom komentar. Unggahannya menunjukkan perbandingan waktu tempuh studi antara program magister dengan doktor. Tertera dalam unggahannya, waktu studi magister berkisar 1-2 tahun, sedangkan doktoral 3-5 tahun.

Di Instagram, pengamat hukum tata negara Feri Amsari juga ikut berkomentar. Dari unggahannya yang satire menyiratkan kecurigaan ada praktik jual beli gelar. “Di republik nganu bin nganu binti nganu hal-hal seperti ini tidak dikenal sebagai konflik kepentingan,” tulis dia.