Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDIP, Denny “Cagur” Wahyudi, menyuarakan keprihatinannya terkait minimnya fasilitas pemulihan atau recovery center untuk atlet di Indonesia. Hal ini disampaikannya dalam rapat dengar pendapat (RDP) perdana antara Komite Olimpiade Indonesia (KOI/NOC Indonesia) dan Komisi X DPR RI di kompleks Parlemen, Senayan, Rabu (13/11/2024).
Sambil berkelakar, Denny menyampaikan rasa prihatin terhadap kondisi ini dan menyoroti bahwa para atlet sering kali tidak memiliki akses ke fasilitas pemulihan yang memadai. Ia bahkan menyindir dengan menyebut nama “Haji Naim” sebagai tempat pijat tradisional yang sering kali menjadi pilihan darurat untuk pemulihan atlet.
“Terus terang lumayan sedih dengan kondisi ini. Ternyata kita belum punya rumah recovery khusus atlet. Kasihan Haji Naim, sudah terlalu sibuk kalau atlet kita harus ke sana terus,” ujar Denny, yang disambut gelak tawa peserta rapat.
Harapan Pembangunan Fasilitas Pemulihan Atlet
Denny berharap pemerintah dapat memberikan perhatian lebih terhadap pembangunan fasilitas pemulihan untuk atlet, bukan hanya fokus pada tempat latihan. Sebagai anggota Komisi X DPR RI, ia berkomitmen mendorong terciptanya fasilitas pemulihan yang layak agar prestasi olahraga Indonesia semakin meningkat.
“Semoga ini bisa jadi perhatian khusus bagi kami di Komisi X. Kami siap mendukung upaya pembangunan fasilitas recovery untuk para atlet,” tambah Denny.
Indonesia Tertinggal dari Negara Tetangga dalam Fasilitas Pemulihan
Ketua KOI, Raja Sapta Oktohari, juga menyoroti bahwa Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan negara tetangga dalam hal fasilitas pemulihan atlet. Ia menjelaskan, di Malaysia dan Jepang, proses pemulihan cedera atlet hanya memerlukan waktu sekitar 3-6 bulan berkat dukungan fasilitas canggih, seperti Cryotherapy.
“Cryotherapy adalah fasilitas pemulihan yang sangat membantu, karena dapat mengatasi peradangan dengan cepat. Atlet Malaysia dan Jepang, saat cedera, hanya butuh 3-6 bulan untuk kembali bertanding,” ujar Oktohari.
Cryotherapy adalah terapi suhu ekstrem yang bisa mencapai minus 100 derajat Celsius atau lebih, dan umumnya dilakukan dalam sesi singkat selama tiga menit. Terapi ini dinilai mampu memberikan manfaat signifikan bagi atlet yang mengalami cedera, terutama dalam mengurangi peradangan dan mempercepat proses pemulihan.
“Di Malaysia, mereka memiliki fasilitas atlet unggulan dengan tiga alat Cryotherapy. Sementara di Indonesia, fasilitas seperti ini masih belum tersedia. Kita terlalu fokus pada latihan-latihan, padahal pemulihan juga sangat penting,” pungkasnya.