Demonstran Serukan Embargo Energi terhadap Israel di KTT COP29 Azerbaijan

Para pengunjuk rasa di pertemuan puncak tentang Perubahan Iklim (COP29) di Azerbaijan menyerukan embargo energi terhadap Israel. Mereka menuntut penghentian ekspor bahan bakar fosil yang memicu agresi Israel ke Jalur Gaza sejak setahun lalu.

Selama konferensi COP29 di Baku pada Rabu (13/11/2024), Shady Khalil dari yayasan Oil Change International, membahas peran penting bahan bakar fosil dalam memicu genosida yang sedang berlangsung di Palestina.

Ia menyerukan embargo energi sebagai tindakan yang diperlukan untuk mengakhiri kekerasan dan menekankan perlunya memutus aliran sumber daya yang memungkinkan penindasan dan kehancuran di wilayah tersebut.

Konferensi tersebut disambut dengan protes pro-Palestina yang meluas pada Kamis (14/11/2024), di mana para demonstran menyerukan embargo energi terhadap Israel,—pengekspor utama gas dan importir batu bara dan minyak. Tujuan mereka jelas, untuk memutus aliran minyak ke militer pendudukan Israel, sehingga mengurangi kapasitasnya untuk mengisi bahan bakar operasi. 

Advertisement

Advertisement

Para demonstran menyoroti hubungan penting antara bahan bakar fosil dan agresi militer, mendesak para pemimpin global untuk mengambil sikap dengan menghentikan pasokan energi yang menopang perang.

Gerakan-gerakan tersebut terutama menargetkan negara-negara seperti Afrika Selatan dan Turki, yang berpihak pada perjuangan Palestina tetapi memelihara hubungan dagang dengan Israel.

Hingga saat ini, Kolombia adalah satu-satunya negara yang telah menerapkan tindakan serupa dengan apa yang diserukan oleh gerakan tersebut, setelah menghentikan ekspor batu bara ke Israel selama setahun terakhir. 

Banyak aktivis iklim di konferensi tersebut, beberapa mengenakan syal tradisional Palestina Koufiyyeh, mengangkat spanduk yang menuntut keadilan iklim dan mendesak negara-negara untuk berhenti mengobarkan genosida.

“Semua perjuangan ini bersifat interseksional,” kata Lise Masson, seorang pengunjuk rasa dari Friends of the Earth International. Ia menambahkan bahwa “sistem penindasan dan diskriminasi yang samalah yang menempatkan orang-orang di garis depan perubahan iklim dan menempatkan orang-orang di garis depan konflik di Palestina.”

Ia mengkritik Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Eropa karena gagal mengalokasikan lebih banyak dana untuk pendanaan iklim sambil terus memasok senjata ke Israel.

Konferensi Para Pihak ke-29 Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (COP29) dimulai pada 11 November di ibu kota Azerbaijan, dengan tujuan mengatasi masalah iklim yang berkembang. Para pemimpin dari seluruh dunia itu akan berkumpul hingga 22 November.

Menurut pernyataan PBB, dengan tingginya suhu global dan cuaca ekstrem yang memengaruhi dunia, “COP29 akan mempertemukan para pemimpin dari berbagai pemerintahan, bisnis, dan masyarakat sipil untuk memajukan solusi konkret bagi isu yang menentukan zaman kita .”

Pendanaan menjadi fokus utama konferensi ini, karena triliunan dolar diperlukan bagi negara-negara untuk secara drastis mengurangi emisi gas rumah kaca dan melindungi kehidupan serta mata pencaharian dari dampak perubahan iklim yang semakin memburuk.