Calon Dewan Pengawas (Dewas) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Benny Mamoto dicecar oleh anggota Komisi III DPR RI terkait kasus yang menjerat Ferdy Sambo. Kasus tersebut mengenai pembunuhan berencana terhadap Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat di kawasan Duren Tiga, Jaksel pada Juli 2022.
Saat tragedi tersebut, Benny Mamoto yang menjabat sebagai Komisioner di Kompolnas sempat menyebut sebagai peristiwa tembak menembak. Namun terungkap bahwa hal itu merupakan skenario rekayasa untuk menutupi pembunuhan berencana.
Otaknya adalah Ferdy Sambo selaku Kadiv Propam Polri. Lantas, saat itu Benny menjadi sorotan publik karena dinilai membela institusi Polri.
“Kasus Sambo misalnya komentar dari bapak sebagai Kompolnas beda artinya bahwa keburukan yang terjadi pada waktu itu sempat tidak terungkap, saya tidak ingin mengomentari bapak kasus itu lagi. Tapi jika bapak terpilih, bagaimana situasi saat itu bisa diatasi? Sebab korupsi ini secara politik hukum kita semua sepakat, ini adalah extra ordinary crime yang jauh lebih berat,” tanya anggota Komisi III Soedeson Tandra fit and proper test calon dewan pengawas KPK di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (20/11/2024).
Hal serupa juga disinggung oleh anggota Komisi III lainnya, Rudianto Lallo. Menurutnya, apa yang dilakukan Benny saat menjabat di Kompolnas terlalu tergesa-gesa dalam memberikan pernyataan tanpa mengeceknya kembali.
Kemudian, Rudianto menanyakan kepada Benny bagaimana bentuk pengawasan Dewas jika mantan Kompolnas itu terpilih sebagai Dewas KPK.
“Ketika bapak nanti terpilih dewan pengawas apakah bapak nanti seperti Kompolnas? Yang lebih banyak mungkin Dewan Pengawas esensinya menurut saya harus betul-betul mengawasi. Pengawasan kalau ada pelanggaran etik, pelanggaran moral ada misalkan proses penyidikan ke penuntutan ke pengadilan ada permainan, ada misalnya okum memaksakan orang tersangka itu pelanggaran pak. Sejauh mana pak Benny bisa mengawasi itu nanti?” kata dia.
Tak hanya itu, dia juga mempertanyakan soal keberanian Benny dalam menghadapi kasus korupsi di KPK.
“Apakah pak Benny punya keberanian, sementara rekam jejak bapak di Kompolnas kurang garam. Karena KPK lembaga superbodi, kehadiran lembaga ini diharapkan betul-betul menjaga moral etik yang kita tahun hari ini KPK begitu banyak persoalan dari kepala sampai bawah saling lapor antara komisioner dengan Dewas,” tambah dia.
Hal senada juga disampaikan oleh Anggota Komisi III DPR RI Fraksi Demokrat Frederick Kalalembang. Menurutnya peristiwa yang diungkap oleh Kompolnas ke hadapan publik terlalu cepat diekspos.
“Kasus Sambo kemarin mungkin bapak terlalu cepat untuk mengekspos. Agak-agak melenceng sedikit. Maksud saya itu, kalau ada hal-hal yang begini, mungkin agak ditahan sedikit Pak. Mudah-mudahan bapak bisa terpilih ke depan, bapak bisa sedikit merubah,” tandasnya.