Kepala Departemen Kesehatan Mental Militer Israel Lucian Tatsa-Laur mengatakan sekitar 1.700 tentara telah menerima perawatan psikologis sejak Maret lalu.
Menurut surat kabar Israel Yedioth Ahronoth setidaknya enam tentara Israel bunuh diri dalam beberapa bulan terakhir akibat tekanan psikologis karena agresi militer berkepanjangan di Gaza dan perang di Lebanon selatan.
Bahkan, diyakini jumlah bunuh diri tentara Israel mungkin lebih tinggi, karena militer Negeri Zionis itu belum merilis angka resmi, meskipun berjanji untuk mengungkapkannya pada akhir tahun ini.
Ribuan tentara Israel telah mencari bantuan dari klinik kesehatan mental militer atau psikolog lapangan, dengan sekitar sepertiga dari mereka yang terkena dampak menunjukkan gejala gangguan stres pascatrauma (PTSD).
Seperti dilansir TRT World, Sabtu (23/11/2024), menurut penyelidikan, jumlah tentara Israel yang menderita trauma psikologis mungkin melebihi mereka yang mengalami luka fisik akibat perang.
Harian Yedioth Ahronoth mengutip para ahli yang mengatakan bahwa tingkat penuh dari krisis kesehatan mental ini akan menjadi jelas setelah invasi militer berakhir dan pasukan kembali ke kehidupan normal.
Sejak 7 Oktober tahun lalu, militer Israel telah membunuh warga sipil di Gaza, menghancurkan permukiman, menggali kuburan massal, menghancurkan pemakaman, mengebom toko-toko dan bisnis, meratakan rumah sakit dan kamar mayat, menabrakkan tank dan buldoser, menyiksa warga Palestina yang dipenjara dengan anjing dan listrik, melakukan eksekusi palsu terhadap tahanan, dan bahkan memperkosa banyak perempuan Palestina, termasuk yang masih di bawah umur.
Pasukan militer Israel telah menyiarkan langsung ratusan video tentara yang menjarah rumah-rumah warga Palestina, menghancurkan tempat tidur anak-anak, membakar rumah sambil tertawa, mengenakan pakaian dalam warga Palestina yang mengungsi, dan mencuri mainan anak-anak.
Bahkan, militer Israel juga telah membunuh bayi, petugas medis, atlet, dan jurnalis dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam perang mana pun di abad ini.
Meski begitu, laporan kian banyak muncul yang menunjukkan bahwa ribuan tentara menderita masalah kesehatan mental karena penempatan yang diperpanjang di Gaza dan Lebanon selatan.